Menelusuri Jejak Nabi Muhammad di Masjid Quba
Tanggal: 11 Jun 2025 09:54 wib.
Sekitar tiga puluh menit menjelang waktu shalat Dhuhur, sekelompok jamaah asal Indonesia memasuki pelataran Masjid Quba, di bawah terik matahari yang semakin membara. Di antara mereka, dua orang terlihat berjalan cepat meninggalkan rombongan lainnya, langsung melangkah menuju sekumpulan burung merpati yang bertengger di pelataran masjid.
Melihat kedatangan dua orang ini, puluhan merpati segera terbang mengangkang. Namun, sejumlah burung lainnya tetap tenang di tempatnya. Seorang lelaki yang sedang berteduh di sisi kanan pelataran mendekati mereka dan menawarkan pakan burung. "Makanan burung, silakan," ujarnya, mengenali dua orang tersebut sebagai muslim dari Indonesia, berkat songkok hitam yang sering dipakai oleh jamaah dari tanah air.
Setelah itu, rombongan pun melanjutkan perjalanan ke tempat wudhu yang terletak di sisi masjid. Beberapa anggota kelompok berhenti sejenak di toilet sebelum melaksanakan shalat. Wawan Irawan, seorang haji dari Jakarta, menyampaikan bahwa ia ingin menunaikan Shalat Dhuhur serta shalat sunah di masjid ini sebelum melanjutkan perjalanan ke Masjid Nabawi. "Masya Allah, suasana di dalam sangat mengesankan, terutama setelah menempuh perjalanan selama empat jam dari Jeddah," jelas Wawan usai melaksanakan ibadah.
Sementara itu, Hardi, seorang haji dari Gresik, Jawa Timur, mengungkapkan ketertarikan untuk beribadah di masjid ini karena sejarahnya yang sangat istimewa. "Saya datang dari Makkah dengan rombongan berjumlah 14 orang, dan semua ingin menyempatkan diri shalat di sini," katanya.
Sedangkan Sudrajat dari Bogor, Jawa Barat, mengatakan bahwa kunjungannya ke Masjid Quba kali ini adalah yang kedua kalinya, setelah menghadiri masjid ini pada tahun 2014. "Dulu, saat saya ke sini, rasanya lebih sederhana. Sekarang tempat wudhu jauh lebih baik. Dulu kami harus wudhu di bawah pohon kurma," ungkap Sudrajat.
Ungkapan dari Wawan, Hardi, dan Sudrajat semakin menunjukkan bahwa Masjid Quba menjadi salah satu destinasi utama bagi jamaah haji dan umrah dari Indonesia. Mereka seolah merindukan untuk melaksanakan shalat di tempat di mana Nabi Muhammad SAW pertama kali mendirikan masjid setelah hijrah.
Masjid Quba, berlokasi di 3493 Al Hijrah Rd, Al Khatim, Madinah, merupakan salah satu tempat ibadah yang paling banyak dikunjungi oleh para peziarah setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Secara umum, Masjid Quba memiliki kondisi yang hampir sama dengan masjid lainnya di Arab Saudi. Namun, yang membedakan adalah adanya petugas keamanan yang selalu siap menjaga dan mengarahkan jamaah yang ingin masuk.
Alih-alih seperti di Masjidil Haram, di mana jamaah bisa masuk tanpa melepaskan alas kaki, di Masjid Quba, petugas akan mengingatkan para pengunjung untuk melepas sepatu sebelum masuk. Masjid ini juga menyediakan rak untuk meletakkan sandal dan sepatu di luar masjid, meskipun ada beberapa pengunjung yang nekat meletakkannya di lantai.
Area untuk berwudhu dan toilet di Masjid Quba dijaga dengan baik dan sering dibersihkan oleh petugas. Para penjaga yang ada di sana juga menawarkan tisu bagi mereka yang membutuhkannya setelah mencuci tangan, sehingga kebersihan fasilitas tetap terjaga.
Bangunan Masjid Quba, yang didominasi warna putih tulang, memiliki ruang shalat utama, ruang sekretariat, toko, serta perpustakaan. Suasana di dalam ruang shalat terasa sejuk meski di luar cuaca sedang panas. Pintu utama masjid dibiarkan terbuka lebar, seolah menyambut para jamaah yang datang dan pergi untuk beribadah.
Masjid ini mampu menampung lebih dari 66 ribu orang untuk shalat, dilengkapi dengan empat menara, enam kubah, serta dua pintu utama untuk jamaah laki-laki dan satu pintu khusus untuk jamaah perempuan. Menariknya, Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun di dunia, didirikan oleh Nabi Muhammad SAW saat beliau beristirahat dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah pada sekitar 23 September 622 Masehi.
Pembangunan masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Nabi Muhammad sendiri, sebelum diteruskan oleh para sahabatnya. Sejak zaman itu, masjid ini telah mengalami banyak renovasi, sehingga kondisi dan penampilannya semakin baik.
Nama Masjid Quba diambil dari desa tempat keberadaan masjid tersebut, yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari Madinah. Dulu, desa ini dikenal dengan nama Yathrib. Kini, lokasi tersebut sudah menjadi bagian dari wilayah Madinah.
Keistimewaan lain dari masjid ini terletak pada dasarnya yang dibangun atas dasar takwa, sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah ayat 108, yang diyakini oleh para ahli tafsir sebagai rujukan untuk Masjid Quba. Nabi Muhammad sendiri tercatat sering mengunjungi masjid ini, terutama setiap hari Sabtu.
Meskipun tidak berhubungan langsung, Masjid Quba juga memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan Shalat Jumat. Setelah memulai pembangunan masjid, Nabi Muhammad dan para sahabat melanjutkan perjalanan menuju Yathrib, di mana mereka tiba di sebuah lembah menjelang Shalat Dzuhur pada hari Jumat. Di sana, mereka melakukan Shalat Jumat pertama kali secara berjamaah. Setelah selesai, Nabi Muhammad menyampaikan khotbah, dan kini di lokasi tersebut berdiri sebuah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Al-Jum’ah.
Dengan berbagai keistimewaan ini, tidak heran jika Masjid Quba menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh para jamaah haji dan umrah. Di tempat inilah, kita dapat merenungkan kembali perjuangan Nabi Muhammad yang menjalani perjalanan 28 hari, termasuk tiga hari bersembunyi di Goa Tsur, demi melindungi diri dan para pengikutnya dari kejaran suku Quraish yang memusuhi mereka. Masjid Quba benar-benar menyimpan berjuta kenangan dan sejarah bagi umat Islam di seluruh dunia.