Mega Tsunami Setinggi 650 Kaki di Greenland Kirim Gelombang Seismik ke Seluruh Dunia
Tanggal: 12 Sep 2024 18:59 wib.
Peristiwa megatsunami di Greenland pada September 2023 telah memberikan wawasan baru tentang dampak perubahan iklim dan ketidakstabilan geologi di wilayah kutub, dengan dampak yang lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya. Kejadian ini menjadi bukti nyata akan potensi bencana alam yang dipicu oleh perubahan iklim dan ketidakstabilan geologi.
Sebuah penelitian yang dilakukan setelah kejadian tersebut mengungkapkan temuan yang mengejutkan. Terungkaplah bahwa tanah longsor besar di Dickson Fjord, Greenland, tidak hanya memicu gelombang tsunami setinggi ratusan meter, tetapi juga mengirim gelombang seismik yang terdeteksi di seluruh dunia. Ini menjadi peristiwa megatsunami tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah, dengan tingginya mencapai 650 kaki.
Selain itu, penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya gelombang berdiri (seiche) yang berlangsung selama seminggu di Dickson Fjord, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kompleksitas peristiwa alam tersebut.
Dalam peristiwa ini, dua sinyal seismik utama terdeteksi: satu dari longsoran batu yang menghasilkan tsunami dan yang lainnya berupa sinyal periode sangat panjang (VLP) yang menunjukkan adanya seiche atau gelombang berdiri yang berosilasi di dalam Fjord.
Menurut Angela Carrillo-Ponce dari Pusat Penelitian Geosains Jerman GFZ, penelitian tersebut telah mengidentifikasi dua sinyal berbeda dalam data seismik dari peristiwa tersebut. "Fakta bahwa sinyal gelombang yang dipicu oleh longsoran batu di daerah terpencil Greenland dapat diamati di seluruh dunia dan selama lebih dari seminggu sangat menarik, dan sebagai seismolog, sinyal inilah yang paling menarik perhatian kami," kata Carrillo-Ponce.
Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana fenomena lokal di daerah terpencil dapat memiliki dampak yang luas, dan seismologi dapat memberikan wawasan mendalam tentang kejadian yang tidak selalu mudah terdeteksi secara langsung. Fenomena ini memberikan gambaran tentang potensi bencana alam yang lebih luas dari yang sebelumnya diperkirakan.
Dalam konteks perubahan iklim, temuan ini menjadi penting karena menggarisbawahi risiko yang meningkat akibat ketidakstabilan lereng berbatu di Greenland dan daerah-daerah kutub lainnya. Dampak perubahan iklim yang begitu besar dapat mengakibatkan potensi bencana alam yang lebih dahsyat, melampaui perkiraan yang sebelumnya ada.
Pentingnya pemantauan seismik dan pemahaman lebih lanjut tentang peristiwa ini akan sangat membantu dalam mitigasi risiko dan perencanaan ke depan, terutama di kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim. Hal ini juga menekankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang potensi dampak dari fenomena serupa di masa depan. Dengan efek perubahan iklim yang semakin terasa, bencana alam semacam ini mungkin menjadi lebih umum di masa mendatang.
Hasil penelitian ini juga menjadi sorotan, bahwa perubahan iklim telah mengakibatkan konsekuensi yang tidak hanya terbatas pada wilayah lokal, tetapi juga dapat menimbulkan dampak global. Oleh karena itu, upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim menjadi semakin mendesak.
Dampak yang luas dari megatsunami Greenland tersebut juga mencerminkan adanya kebutuhan akan kolaborasi internasional dalam penelitian dan pemantauan perubahan iklim serta ketidakstabilan geologi di wilayah kutub. Hal ini menjadi perhatian bersama bagi komunitas ilmiah dan pemerintah di tingkat global.