Masih Ada 116 WNI Bertahan di Lebanon Saat Serangan Israel
Tanggal: 5 Okt 2024 18:46 wib.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI), Judha Nugraha, mencatat bahwa saat ini ada 116 warga negara Indonesia (WNI) yang masih bertahan di Lebanon, di tengah serangan Israel yang semakin intensif. Sebagian besar dari 116 WNI tersebut tersebar di beberapa wilayah di Lebanon, dengan mayoritas berada di Beirut sebanyak 83 orang. Selain itu, terdapat 13 WNI di Tripoli, 4 di Baabda, 5 di Bekaa, 3 di Byblos, 4 di Akkar, 3 di Tyre, dan 1 di Saida.
Judha menjelaskan bahwa keputusan untuk tidak dievakuasi merupakan pilihan pribadi masing-masing WNI. Banyak dari mereka yang telah menikah dengan warga Lebanon, mahasiswa, atau pekerja migran. Hal ini membuat mereka memilih untuk tetap tinggal di Lebanon meskipun situasi konflik semakin memanas. Sejauh ini, evakuasi WNI dari Lebanon telah dilakukan dalam lima gelombang, dengan 65 orang WNI yang telah berhasil dievakuasi.
Evakuasi gelombang pertama, kedua, dan ketiga dilaksanakan pada Agustus 2023, dengan 25 orang berhasil dievakuasi. Sementara, dua gelombang evakuasi selanjutnya dilakukan pada awal Oktober 2024, yang membawa pulang 40 WNI. Meskipun evakuasi telah dilakukan, masih ada sebagian WNI yang memutuskan untuk tetap tinggal di Lebanon. Pemerintah Indonesia terus memantau situasi di sana dan memberikan imbauan kepada WNI yang masih berada di Lebanon, Suriah, Iran, Yaman, Israel, dan Palestina untuk tetap waspada.
Disarankan kepada WNI di wilayah tersebut untuk menjauhi area berbahaya, menjaga komunikasi dengan perwakilan Indonesia, dan mengikuti prosedur evakuasi yang telah disiapkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). KBRI Amman telah menetapkan status siaga satu untuk wilayah Israel dan Palestina. Dilaporkan bahwa ada 4 WNI di Gaza yang merupakan relawan, dan terdapat juga 231 WNI di Israel, mayoritas adalah peserta magang yang bersekolah di institut pertanian di sana.
Lebih lanjut, untuk wilayah Iran, KBRI telah menetapkan status siaga dua dengan 391 WNI yang masih menetap di sana, mayoritas adalah mahasiswa. Di Suriah, KBRI Damaskus telah menetapkan status siaga satu untuk empat provinsi, dengan jumlah WNI sebanyak 1.201 orang. Data-data ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian WNI telah dievakuasi, masih ada jumlah yang signifikan dari mereka yang memilih untuk tetap tinggal di wilayah yang sedang dilanda konflik.
Judha mengimbau WNI untuk menunda perjalanan ke wilayah yang berpotensi menjadi medan konflik. Khusus bagi mereka yang berencana melakukan perjalanan terutama untuk tujuan religi, disarankan menunda perjalanan hingga situasi keamanan membaik. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan di wilayah tersebut dan berkomitmen untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada WNI yang membutuhkan.
Dalam situasi konflik seperti ini, solidaritas dan komunikasi antarwarga negara merupakan hal yang sangat penting. Masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri diharapkan untuk saling mendukung dan berkoordinasi dengan baik. Di samping itu, pemerintah Indonesia juga terus menjalin komunikasi dengan pemerintah setempat dan instansi internasional untuk memastikan keamanan dan perlindungan bagiWNI.