Maroko Beli Satelit Mata-Mata Israel Seharga Rp 16 Triliun
Tanggal: 15 Jul 2024 01:32 wib.
Maroko akan membeli satelit mata-mata Israel dalam kesepakatan senilai US$ 1 miliar (Rp 16,1 triliun). Hal itu dilaporkan oleh media Maroko, pada Kamis, 11 Juli 2024. Keputusan ini mengundang perdebatan dan kontroversi di kancah internasional.
Melansir dari The Cradle, Kamis, 11 Juli 2024, menurut sumber Israel di Rabat, Tel Aviv akan memberi Maroko satelit mata-mata Ofek 13 untuk menggantikan satelit Airbus dan Thales. Israel Aerospace Industries (IAI) milik negara Israel mengkonfirmasi bahwa mereka menandatangani kontrak senilai US$ 1 miliar untuk memasok salah satu sistemnya kepada pihak yang tidak ditentukan, dalam hal ini Maroko. IAI mengatakan dalam pengajuan peraturan bahwa kesepakatan itu akan dilaksanakan selama periode lima tahun.
Diketahui, Maroko termasuk di antara negara-negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel dalam Perjanjian Abraham 2020. Pada tahun 2021, Tel Aviv dan Rabat juga menandatangani pakta pertahanan yang melibatkan intelijen dan kerja sama dalam industri militer. Tahun lalu, Israel mengakui pendudukan ilegal Maroko di Sahara Barat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan posisi Israel dalam suratnya kepada Raja Maroko Mohammed VI.
Menurut laporan Financial Times pada Mei lalu, para pejabat Arab dan Barat mengatakan bahwa Maroko termasuk di antara beberapa negara Arab yang mempertimbangkan untuk bergabung dengan inisiatif yang dipimpin AS untuk membentuk pasukan penjaga perdamaian di Gaza setelah perang genosida Israel berakhir.
Secara terbuka, Rabat berulang kali menyerukan gencatan senjata dan penerapan solusi dua negara. Seiring dengan berlanjutnya kerja sama yang erat antara Tel Aviv dan Rabat, penduduk Maroko telah mengambil sikap tegas terhadap normalisasi dengan Israel, terutama sejak dimulainya perang di Gaza pada bulan Oktober.
Protes pro-Palestina di negara tersebut sudah biasa terjadi selama beberapa bulan terakhir. Institut Studi Keamanan Nasional Israel mengatakan bahwa Israel semakin tidak disukai oleh negara-negara Arab, termasuk Maroko. 26 persen warga Maroko juga menggambarkan peristiwa di Gaza sebagai pembantaian, 14 persen sebagai genosida, dan 14 persen lainnya sebagai pembunuhan massal.
Selain itu, kerja sama antara Maroko dan Israel turut menciptakan peluang kerja sama yang saling menguntungkan di berbagai bidang, termasuk teknologi satelit dan pemantauan. Hal ini juga dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain di kawasan untuk mencari solusi kerja sama yang saling menguntungkan dalam menangani tantangan keamanan bersama.
Kesepakatan pembelian satelit mata-mata Israel oleh Maroko senilai Rp 16,1 triliun memiliki implikasi yang kompleks dan kontroversial. Keputusan ini memunculkan kekhawatiran terkait dengan privasi, keamanan, dan politik di kawasan Timur Tengah, namun juga membuka peluang kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua negara. Dalam konteks global yang semakin canggih, peran teknologi dan pemantauan menjadi semakin penting, namun perlu diimbangi dengan kehati-hatian terkait dengan implikasi politik dan keamanannya.
Kita dapat melihat bahwa keputusan Maroko untuk membeli satelit mata-mata Israel senilai Rp 16 triliun memiliki dampak yang sangat kompleks dan kontroversial. Implikasi dari keputusan tersebut tidak hanya terbatas pada aspek keamanan dan teknologi, namun juga melibatkan aspek politik dan hubungan internasional di kawasan. Senilai 16,1 triliun Rupiah tersebut menjadi angka yang memberikan dampak yang signifikan bagi kedua negara ini serta kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.