Sumber foto: google

Malaysia Terapkan Diplomasi Orangutan untuk Dukung Penjualan Minyak Sawit

Tanggal: 8 Mei 2024 23:23 wib.
Malaysia merencanakan sebuah inisiatif yang cukup menarik, yaitu memberikan hadiah berupa orangutan kepada negara-negara yang menjadi pembeli utama minyak sawit Malaysia. Ide ini diilhami oleh kebijakan China yang dikenal sebagai ‘diplomasi panda’. Melalui langkah inovatif ini, Malaysia berharap dapat memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara importir utama, seperti Uni Eropa dan India, yang juga merupakan pasar utama bagi produk minyak sawit Malaysia.

Menteri Perdagangan Malaysia, Johari Abdul Ghani, menjelaskan bahwa dengan penerapan ‘diplomasi orangutan’, Malaysia ingin menunjukkan komitmennya terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Langkah ini diharapkan juga dapat membantu melestarikan spesies orangutan yang terancam punah, yang merupakan binatang endemik Indonesia. Menurut World Wildlife Fund (WWF), ancaman terhadap keberlangsungan hidup orangutan disebabkan oleh penyusutan habitat mereka akibat penebangan hutan, perluasan pertanian, pembangunan infrastruktur, termasuk perluasan perkebunan kelapa sawit.

Selain memberikan hadiah berupa orangutan, Malaysia juga menyerukan perusahaan kelapa sawit untuk bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam upaya pelestarian dan penyediaan keahlian teknis terkait perlindungan satwa liar di negara tersebut. Perkebunan kelapa sawit selama ini sering dikritik sebagai pemicu kerusakan hutan hujan yang semakin masif, terutama di Malaysia dan Indonesia, sebagai dua negara produsen terbesar minyak sawit di dunia.

Dalam konteks yang lebih luas, inisiatif ‘diplomasi orangutan’ ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi upaya konservasi satwa liar di Malaysia, serta memperkuat citra negara tersebut di mata dunia internasional. Langkah ini juga menunjukkan bahwa Malaysia turut menjunjung tinggi nilai konservasi lingkungan dan keberlanjutan dalam industri minyak sawitnya.

Perlu dicatat bahwa ide ‘Diplomasi Panda’ yang dimiliki oleh China sudah lama menjadi salah satu alat politik luar negeri yang kuat bagi negara tersebut. China seringkali menggunakan panda sebagai simbol dalam hubungan bilateral dengan negara lain. Praktik ini biasanya melibatkan peminjaman panda-panda ke kebun binatang di negara mitra sebagai simbol kerja sama dan hubungan erat antara kedua negara.

Meskipun demikian, dalam praktik ‘Diplomasi Panda’, negara-negara penerima panda diwajibkan untuk mengembalikan keturunan panda yang lahir di negara mereka kembali ke China setelah beberapa tahun. Hal ini merupakan salah satu syarat yang diberlakukan China untuk memastikan keberlangsungan dan konservasi spesies panda di negara asalnya.

Sebagai penutup, langkah Malaysia dalam menerapkan ‘diplomasi orangutan’ sebagai strategi soft power dalam hubungan internasional sangatlah menarik. Inisiatif ini diharapkan dapat membuka jalan bagi kerja sama yang lebih erat dalam bidang lingkungan dan konservasi, serta memberikan dampak positif bagi keberlanjutan spesies-spesies terancam punah, termasuk orangutan, di wilayah Asia Tenggara. Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, diharapkan kita dapat melindungi alam dan satwa liar untuk generasi mendatang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved