Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Berisiko Ditangguhkan
Tanggal: 30 Apr 2024 15:14 wib.
Aksi protes pro-Palestina mahasiswa di Universitas Columbia menghadapi ancaman penangguhan status akademik mereka setelah mengabaikan peringatan untuk meninggalkan lokasi protes. Universitas tersebut telah memulai proses penangguhan pada Senin (29/4/2024) malam.
Menurut informasi dari situs web universitas yang dikutip dari Reuters, mereka telah memulai proses penangguhan sebagai bagian dari upaya mereka untuk memastikan keamanan di kampus. Universitas juga menjelaskan bahwa tindakan disipliner akan ditangani oleh beberapa unit berbeda berdasarkan sifat pelanggarannya.
Ultimatum untuk mengosongkan lokasi protes ditetapkan pada Senin pukul 14.00 setelah upaya mencapai kesepakatan dengan penyelenggara protes gagal. Rektor universitas, Minouche Shafik, telah menyatakan bahwa universitas tidak akan melakukan divestasi dari Israel, yang menjadi tuntutan utama dari para pengunjuk rasa.
Para pengunjuk rasa tampaknya telah memilih untuk tidak membongkar perkemahan mereka sebagai tanggapan terhadap ultimatum tersebut. Mereka bahkan mencegah aparat penegak hukum membubarkan lokasi protes, sebagaimana yang terlihat dari rekaman di media sosial.
Penyelenggara protes menuding universitas melakukan eskalasi kekerasan dan siap untuk meningkatkan aksi protes mereka. Mereka mengungkapkan ketidakpuasan atas ketidakseriusan universitas dalam mempertimbangkan tuntutan mereka terkait divestasi, transparansi keuangan, dan amnesti bagi mahasiswa dan dosen yang terlibat dalam gerakan pembebasan Palestina.
Universitas Columbia di New York telah menjadi pusat serangkaian protes di berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat terkait perang Israel di Gaza. Konflik tersebut telah mengakibatkan ribuan kematian warga Palestina, mengungsi dan berada dalam kondisi kelaparan.
Aksi protes mahasiswa tersebut menjadi sorotan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Dukungan dan solidaritas terhadap Palestina semakin terasa meluas di berbagai komunitas akademik dan masyarakat luas. Dalam konteks ini, peran universitas sebagai lembaga pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk pandangan dan sikap mahasiswa terkait isu-isu global seperti konflik Israel-Palestina.
Permasalahan ini juga membawa dampak signifikan terhadap hubungan antara mahasiswa dan pihak administrasi universitas. Konflik pandangan antara kedua pihak menjadi semakin nyata dan menuntut ruang bagi dialog dan negosiasi yang konstruktif guna mencapai kesepahaman yang memadai.
Hal ini juga menyoroti perlunya pendekatan multilateral dalam penanganan kasus seperti ini. Pihak-pihak terkait, baik dari mahasiswa, universitas, maupun pemerintah, perlu saling berkomunikasi untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan.