Lokasi Singapore Airlines Turbulensi Hebat, Pilot Ungkap Ngerinya Terbang di Teluk Bengala
Tanggal: 23 Mei 2024 15:02 wib.
Singapore Airlines mengalami kejadian turbulensi yang sangat mengagetkan pada Selasa 21 Mei 2024. Pesawat tersebut, yang sedang berada di ketinggian 37.000 kaki di atas Cekungan Irrawaddy di Myanmar, tiba-tiba mengalami turbulensi ekstrem yang membuat pesawat turun dengan cepat hingga mencapai ketinggian 31.000 kaki. Akibatnya, pilot harus mengumumkan pendaratan darurat medis dan mengalihkan rute penerbangan menuju Bangkok.
Kapten Shem Malmquist, seorang pilot serta instruktur di Florida Institute of Technology College of Aeronautics, menyampaikan penjelasan terkait peristiwa turbulensi yang dialami oleh Singapore Airlines. Menurutnya, ia memiliki pengalaman dalam menerbangkan pesawat di wilayah Teluk Benggala, yang merupakan lokasi dekat Cekungan Irrwaddy tempat kejadian turbulensi tersebut terjadi.
Malmquist menyatakan, "Saya memiliki pengalaman luas menerbangkan Boeing 777 di Teluk Benggala, tepatnya di wilayah tempat terjadinya hal ini." Dari pengalamannya, ia menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya turbulensi seperti yang dialami oleh Singapore Airlines.
Menurutnya, salah satu faktor yang dapat menyebabkan turbulensi adalah aliran jet yang mengalir deras, meskipun secara umum aliran ini lebih cenderung dekat dengan wilayah kutub. Selain itu, Malmquist menduga bahwa situasi ini mungkin disebabkan oleh penerbangan yang melintasi daerah badai petir.
Menurutnya, "Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah pengetahuan bahwa ketika Anda terbang di atas wilayah Teluk Benggala, perairan tropisnya hangat, badai petir tidak terjadi seperti yang terjadi di belahan dunia lain." Dalam konteks ini, dia menekankan bahwa sebagian besar pelatihan pilot didasarkan pada jenis badai petir yang umumnya terjadi di Amerika Utara, sementara di wilayah lautan tropis memiliki karakteristiknya sendiri.
Malmquist juga menyoroti bahwa cara pelatihan pilot dan algoritme radar otomatis seharusnya dapat mendeteksi badai petir dengan lebih baik, terutama ketika melintasi wilayah laut tropis yang memiliki manifestasi badai yang berbeda. Dengan demikian, hal ini menekankan pentingnya penyesuaian dalam proses pelatihan dan teknologi radar untuk mengatasi kondisi penerbangan di wilayah Teluk Benggala.
Kejadian turbulensi yang dialami oleh Singapore Airlines menjadi sebuah catatan penting bagi industri penerbangan untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan keamanan penerbangan di berbagai kondisi geografis dan iklim. Hal ini juga memperkuat pentingnya bagi para pilot untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi selama penerbangan.
Perlunya kerja sama antara maskapai penerbangan, institusi pelatihan pilot, dan pengembang teknologi penerbangan menjadi krusial untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang serta awak pesawat. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi geografis dan iklim di wilayah-wilayah penerbangan kritis seperti Teluk Benggala, proses penerbangan dapat diatur lebih baik sehingga kejadian turbulensi yang berpotensi membahayakan dapat diminimalkan atau dicegah dengan lebih efektif.