Lebanon Khawatir Pertempuran Hezbollah-Israel Jadi Perang Besar
Tanggal: 29 Jul 2024 23:41 wib.
Serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023 memicu keterlibatan Hezbollah dalam konflik melawan Israel di perbatasan Lebanon. Pertempuran antara Hezbollah dan Israel terus berlangsung hampir setiap hari, menyebabkan ratusan orang tewas dan mendorong puluhan ribu warga untuk mengungsi dari rumah mereka. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang besar di antara kedua belah pihak.
Meskipun terdapat indikasi bahwa baik Hezbollah maupun Israel berusaha menghindari konfrontasi besar, kesalahan perhitungan selalu menjadi risiko yang nyata. Salah satu insiden yang memperumit situasi ini adalah serangan yang terjadi pada hari Sabtu di kota Druze, Majdal Shams, di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Israel menuduh Hezbollah sebagai pelaku serangan tersebut yang mengakibatkan kematian sedikitnya 12 orang, termasuk anak-anak. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak akan mengabaikan serangan tersebut dan menjanjikan akan memberikan tanggapan yang tegas. Sementara itu, Hezbollah membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Sebelum skala serangan menjadi jelas, kelompok tersebut melaporkan bahwa mereka telah menargetkan Brigade Hermon dengan rudal Falaq buatan Iran. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan tersebut. Sementara Israel menduga serangan tersebut dilakukan oleh Hezbollah di Lebanon, Amerika Serikat turut mendukung hak Israel untuk membela diri dari serangan musuh.
Dampak dari konflik ini sangat merugikan bagi kedua belah pihak. Lebih dari 450 orang dilaporkan tewas di Lebanon, termasuk sekitar 350 anggota Hezbollah dan minimal 100 warga sipil. Sementara di Israel, 23 warga sipil dan minimal 17 tentara tewas. Serangan oleh pihak Israel terutama terjadi di wilayah selatan Lebanon dan Lembah Bekaa bagian timur, dua wilayah di mana Hezbollah beroperasi. Pihak Israel juga telah menyatakan bahwa kampanye mereka dapat mencakup bagian dari ibu kota Beirut.
Hezbollah, sebagai musuh yang lebih kuat dibandingkan Hamas, telah bersiap menghadapi konflik besar dengan Israel sejak pertempuran terakhir pada tahun 2006. Diperkirakan bahwa Hezbollah memiliki sekitar 150.000 roket dan rudal, termasuk rudal berpemandu presisi yang dapat menyerang jauh ke dalam wilayah Israel. Ini merupakan ancaman serius bagi sistem pertahanan udara Israel yang canggih. Perkiraan Barat juga menunjukkan bahwa persenjataan Hezbollah dapat menyebabkan kerusakan besar di Israel.
Dalam konteks ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sedang melakukan operasi besar-besaran melawan Hamas di Gaza namun tetap siap melancarkan serangan terhadap Hezbollah, meskipun rincian mengenai skenario yang mungkin terlibat masih belum jelas. Lebih lanjut, situasi ini memperlihatkan eskalasi konflik yang berpotensi berujung pada perang besar di kawasan tersebut. Kedua belah pihak perlu mempertimbangkan kembali dampak yang mungkin diakibatkan oleh tindakan agresif dalam menanggapi konflik ini.
Dengan meningkatnya ketegangan antara Lebanon, Hezbollah, dan Israel, kawasan tersebut tidak hanya rentan terhadap serangan fisik, tetapi juga rentan terhadap konsekuensi politik dan ekonomi yang kompleks. Lebih lanjut, keterlibatan pihak asing serta upaya mediasi internasional menjadi hal yang semakin relevan untuk mencegah eskalasi konflik. Itulah mengapa penting bagi semua pihak terlibat untuk menahan diri dan mencari solusi damai dalam menyelesaikan sengketa mereka, demi keamanan dan stabilitas kawasan.
Lebih jauh, perlu adanya upaya konkret untuk menciptakan perdamaian jangka panjang antara kedua belah pihak. Langkah-langkah diplomasi dan negosiasi perlu ditingkatkan untuk membantu mengurangi ketegangan dan mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik tersebut. Keterlibatan aktif dari negara-negara tetangga dan pihak internasional dapat memainkan peran penting dalam menemukan solusi yang berkelanjutan dan menghindari perang besar yang dapat mengakibatkan kerugian besar bagi seluruh kawasan Timur Tengah.