Sumber foto: Google

Laut China Selatan Memanas, Ancaman Konflik Terbuka Kian Dekat!

Tanggal: 1 Jun 2025 10:01 wib.
Tampang.com | Kawasan Laut China Selatan kembali memanas setelah serangkaian manuver militer dan pernyataan keras dari beberapa negara yang bersengketa. Ketegangan geopolitik ini meningkatkan risiko pecahnya konflik terbuka di kawasan strategis yang menjadi jalur perdagangan utama dunia tersebut.

Perebutan Wilayah Laut dan Klaim Sepihak

Beberapa negara di Asia Timur, termasuk China, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei, mengklaim sebagian wilayah di Laut China Selatan. Namun, klaim sepihak yang paling dominan datang dari China yang membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan, memicu reaksi keras dari negara-negara tetangga dan kekhawatiran global.

China berpegang pada “nine-dash line” yang mencakup hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, meski telah ditolak oleh putusan pengadilan internasional. Negara lain menyebut klaim tersebut tidak memiliki dasar hukum yang sah.

Manuver Militer dan Provokasi Meningkat

Dalam beberapa pekan terakhir, peningkatan patroli maritim dan latihan militer intensif dilakukan oleh armada angkatan laut China di sekitar wilayah yang disengketakan. Filipina dan Vietnam pun merespons dengan meningkatkan kehadiran pasukan dan memperkuat koordinasi keamanan dengan mitra regional, termasuk Amerika Serikat dan Jepang.

Peningkatan insiden saling tuding pelanggaran batas laut, penggunaan water cannon, dan penghadangan kapal sipil makin memperbesar potensi bentrokan militer.

Dampak Ekonomi dan Keamanan Regional

Laut China Selatan bukan sekadar arena pertarungan klaim teritorial, tetapi juga jalur vital bagi perdagangan global. Lebih dari sepertiga perdagangan laut dunia melintasi kawasan ini, menjadikannya titik strategis yang sensitif.

Ketegangan berkepanjangan dapat memicu ketidakstabilan ekonomi dan membuat negara-negara kawasan harus mengalihkan anggaran besar ke sektor pertahanan demi menjaga kedaulatan mereka.

Aliansi Keamanan Semakin Menguat

Sebagai respons atas meningkatnya agresivitas di kawasan, negara-negara Asia Tenggara kini memperkuat kemitraan keamanan dengan kekuatan global seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang. Perjanjian pertahanan dan latihan militer gabungan kian sering dilakukan untuk menunjukkan kekuatan kolektif menghadapi kemungkinan ancaman nyata.

Namun, langkah ini juga mengundang reaksi keras dari pihak China yang menuduh adanya campur tangan eksternal dalam urusan regional.

Diplomasi Perlu Diperkuat untuk Cegah Konflik

Meski kekuatan militer terus ditingkatkan, jalur diplomasi tetap menjadi harapan utama untuk mencegah pecahnya konflik terbuka. Beberapa negara mendorong pembentukan kerangka hukum yang lebih kuat dan penyelesaian damai melalui forum-forum internasional.

Sayangnya, hingga kini belum ada konsensus yang kuat karena masih tingginya ketegangan dan saling tidak percaya antarnegara.

Asia Timur di Ambang Krisis

Situasi di Laut China Selatan menjadi cermin bagaimana perebutan pengaruh geopolitik bisa dengan mudah berubah menjadi konflik militer. Jika ketegangan ini tidak segera diredam, kawasan Asia Timur bisa memasuki krisis besar yang berimbas pada stabilitas global secara keseluruhan.

Dunia saat ini mengamati dengan cemas, berharap diplomasi bisa mengambil alih sebelum senjata yang berbicara.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved