Sumber foto: iStock

Ladang Minyak Iran Rawan Diserang, Harga Melejit 9% Dalam Sepekan

Tanggal: 6 Okt 2024 22:04 wib.
Harga minyak mentah dunia mencatatkan kenaikan terbesar dalam sepekan yang terjadi akibat kondisi politik yang tidak stabil, khususnya di wilayah Timur Tengah. Pada perdagangan Jumat (4/10/2024), harga minyak mentah WTI ditutup dengan kenaikan sebesar 0,91% mencapai US$74,38 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan 0,55% menjadi US$78,05 per barel. Dalam sepekan, harga minyak mentah WTI telah melesat 9,09%, sementara harga minyak mentah Brent melejit 8,43%.

Kenaikan harga minyak tersebut disebabkan oleh meningkatnya ancaman perang di wilayah Timur Tengah. Israel telah memberikan ancaman untuk menyerang Iran setelah meluncurkan serangkaian rudal ke negara tersebut sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah yang didukung oleh Iran. Peristiwa ini telah membuat analis minyak memperingatkan akan potensi konsekuensi dari perang yang lebih luas di Timur Tengah, yang secara langsung berdampak pada kenaikan harga minyak.

Meskipun begitu, kenaikan harga minyak tersebut terbatas karena Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah mencegah Israel untuk menargetkan fasilitas minyak Iran. Biden bahkan menyatakan bahwa apabila berada di posisi Israel, ia akan mempertimbangkan alternatif lain selain menyerang ladang minyak Iran.

Peningkatan ketegangan di Timur Tengah ini juga memicu kenaikan harga minyak mentah hingga hampir 2% selama sesi perdagangan, meskipun kemudian turun tajam setelah pernyataan dari Presiden Biden. Namun demikian, patokan harga minyak melonjak lebih dari 5% setelah Biden mengonfirmasi bahwa AS sedang berunding dengan Israel mengenai apakah akan mendukung serangan terhadap infrastruktur energi Iran.

Analis komoditas dari JPMorgan juga menegaskan bahwa serangan terhadap fasilitas energi Iran bukanlah tindakan yang disukai Israel. Meski begitu, rendahnya tingkat persediaan minyak global menunjukkan bahwa harga minyak akan tetap naik hingga konflik tersebut tuntas. Data dari layanan pelacakan kapal Kpler menunjukkan bahwa persediaan minyak berada di bawah level tahun lalu, yang merupakan yang terendah dalam sejarah.

Pialang minyak StoneX bahkan memperkirakan harga minyak dapat melonjak antara US$3 hingga US$5 per barel jika infrastruktur minyak Iran menjadi sasaran. Kondisi ini juga semakin diperparah dengan pernyataan dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menyerukan lebih banyak perjuangan anti-Israel. Iran juga mengancam akan menargetkan instalasi energi dan gas Israel apabila negara tersebut menyerangnya.

Iran sendiri adalah anggota dari OPEC+ dengan produksi sekitar 3,2 juta barel per hari atau sekitar 3% dari produksi minyak global. Namun, kapasitas produksi cadangan kelompok tersebut seharusnya memungkinkan anggota lain untuk meningkatkan produksi jika pasokan Iran terganggu, sehingga membatasi kenaikan harga minyak. Disamping itu, kekhawatiran akan pasokan juga telah mereda di Libya setelah perselisihan mengenai kepemimpinan bank sentral diselesaikan. Pemerintah yang berbasis di timur negara tersebut dan National Oil Corp yang berbasis di Tripoli pada hari Kamis mengumumkan bahwa semua ladang minyak dan terminal ekspor telah dibuka kembali.

Dengan kondisi politik yang belum stabil di Timur Tengah, harga minyak dunia cenderung mengalami fluktuasi yang signifikan. Ancaman akan potensi perang di wilayah tersebut menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar energi global dan berdampak langsung pada kenaikan harga minyak mentah. Meski demikian, strategi dan kebijakan dari negara-negara produsen minyak, terutama di kawasan tersebut, akan menjadi penentu utama dalam menstabilkan kondisi pasar minyakdunia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved