Sumber foto: iStock

Krisis Pasokan Obat Global: Dampak Keputusan Trump bagi Indonesia!

Tanggal: 1 Feb 2025 13:02 wib.
Pemerintah Indonesia tengah mencermati dampak dari kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menghentikan pasokan obat untuk HIV, malaria, dan tuberkulosis (TBC) bagi negara-negara berpenghasilan rendah. Kebijakan ini berpotensi mempengaruhi Indonesia, terutama dalam ketersediaan obat-obatan vital bagi penderita penyakit menular.

Aji Muhawarman, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), menyatakan bahwa hingga saat ini pemerintah masih mengkaji sejauh mana kebijakan tersebut akan berdampak. “Kami masih menunggu kebijakan resmi dari pemerintah Amerika Serikat yang akan disampaikan melalui jalur diplomatik,” jelasnya dalam keterangan tertulis pada Jumat (31/01/2025).

Menurut Aji, Indonesia dan Amerika Serikat telah menjalin hubungan erat dalam bidang kesehatan, khususnya dalam penanganan penyakit infeksi seperti TBC. Selain itu, kerja sama kedua negara juga meliputi sektor bisnis, terutama dalam pengembangan industri farmasi. Oleh sebab itu, Indonesia berharap hubungan bilateral ini tetap berjalan, meskipun ada keputusan yang berpotensi menghambat ketersediaan obat-obatan.

Indonesia menilai bahwa kolaborasi dengan Amerika Serikat dalam berbagai aspek kesehatan, termasuk kesiapsiagaan menghadapi wabah dan pengembangan manufaktur farmasi, sangat penting untuk dipertahankan. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam memperkuat sistem kesehatan nasional dan global.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan juga menegaskan dukungannya terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang turut menerima hibah dari pemerintah AS. Peran WHO dalam membangun sistem kesehatan global menjadi semakin krusial, terutama setelah pandemi Covid-19. Indonesia, yang pernah menjabat sebagai Presiden G-20 pada tahun 2022, juga menaruh perhatian besar terhadap upaya memperkuat arsitektur kesehatan internasional.

Langkah pemerintahan Trump dalam membekukan pasokan obat-obatan ini merupakan bagian dari kebijakan pemotongan bantuan luar negeri yang telah diterapkan sejak ia menjabat pada 20 Januari 2025. Akibatnya, negara-negara yang selama ini menerima dukungan dari USAID, termasuk Indonesia, menghadapi ketidakpastian terkait pasokan medis penting.

Menurut laporan Reuters, mitra USAID di berbagai negara mulai menerima pemberitahuan untuk menghentikan aktivitas mereka pada Selasa (28/01/2025). Salah satu perusahaan yang terdampak adalah Chemonics, sebuah konsultan besar asal AS yang bekerja sama dengan USAID dalam distribusi obat-obatan untuk HIV, malaria, dan TBC. Memo yang diterima oleh perusahaan ini juga mencakup penghentian pasokan kontrasepsi serta peralatan kesehatan ibu dan anak.

Kebijakan ini memicu kekhawatiran di berbagai negara, terutama yang mengandalkan dukungan USAID dalam penyediaan obat-obatan esensial. Jika tidak ada langkah mitigasi yang tepat, banyak pasien berisiko kehilangan akses terhadap pengobatan yang mereka butuhkan.

Indonesia kini menghadapi tantangan untuk memastikan keberlanjutan ketersediaan obat-obatan tanpa bergantung pada bantuan dari Amerika Serikat. Pemerintah diharapkan dapat mencari solusi alternatif, seperti meningkatkan produksi dalam negeri dan memperluas kerja sama dengan negara lain atau organisasi internasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved