Sumber foto: Google

Krisis Listrik Melanda Afrika Selatan, Warga Mengandalkan Energi Surya untuk Bertahan!

Tanggal: 1 Jun 2025 10:39 wib.
Tampang.com | Krisis listrik yang semakin parah melanda Afrika Selatan dalam beberapa bulan terakhir, membuat jutaan warga hidup dalam bayang-bayang pemadaman bergilir setiap hari. Negara yang dikenal sebagai kekuatan industri terbesar di benua Afrika ini tengah mengalami krisis energi terburuk sejak berdirinya lembaga listrik nasional, Eskom.

Ketergantungan berlebihan pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang usang serta buruknya manajemen telah menyebabkan sistem kelistrikan nasional rentan kolaps. Di tengah ketidakpastian ini, masyarakat mulai mencari solusi alternatif—dan energi surya menjadi penyelamat paling menjanjikan.

Eskom Gagal Menjaga Stabilitas Energi Nasional

Eskom, perusahaan listrik milik negara, telah lama menjadi tulang punggung kelistrikan Afrika Selatan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, reputasinya anjlok karena krisis keuangan, korupsi, serta infrastruktur tua yang tak lagi mampu memenuhi permintaan energi nasional. Pemadaman bergilir yang disebut "load shedding" menjadi hal biasa, bahkan hingga 10 jam dalam sehari.

Situasi ini membuat warga dan pelaku bisnis frustasi. Pabrik-pabrik terpaksa menutup sementara, rumah sakit bergantung pada genset darurat, dan sektor UMKM menanggung kerugian besar akibat aktivitas yang lumpuh total saat listrik padam.

Energi Surya Muncul sebagai Penyelamat

Dalam kekacauan ini, banyak warga mulai memasang panel surya di rumah mereka. Permintaan sistem tenaga surya melonjak drastis, terutama di kawasan urban seperti Johannesburg dan Cape Town. Para penyedia jasa energi terbarukan menyebut lonjakan pemesanan mencapai lebih dari 300% hanya dalam enam bulan terakhir.

Panel surya dan baterai penyimpanan menjadi solusi efektif, terutama bagi kelas menengah yang memiliki daya beli cukup. Sekolah, toko kelontong, bahkan kantor pemerintahan mulai beralih ke sistem mandiri berbasis matahari, mengurangi ketergantungan terhadap jaringan listrik nasional.

Kesenjangan Energi yang Makin Lebar

Namun fenomena ini juga menyoroti kesenjangan yang makin nyata antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah. Sementara kelas menengah dan atas bisa mengakses teknologi surya, banyak warga miskin di permukiman informal masih terjebak dalam kegelapan tanpa solusi jangka pendek.

Pemerintah berjanji mempercepat transisi energi terbarukan, namun program bantuan subsidi panel surya masih sangat terbatas. Sementara itu, organisasi masyarakat sipil dan LSM lokal turun tangan untuk menyediakan solusi energi murah bagi komunitas tertinggal.

Krisis yang Mengubah Pola Pikir Energi Nasional

Kondisi darurat ini menjadi titik balik bagi diskusi nasional mengenai ketahanan energi dan arah kebijakan masa depan. Banyak analis menyebut bahwa krisis ini membuka peluang besar bagi Afrika Selatan untuk melepaskan diri dari ketergantungan batu bara dan mempercepat investasi dalam energi bersih.

Beberapa perusahaan energi swasta mulai bermunculan, menawarkan pembangkit tenaga surya skala kecil yang terjangkau dan mudah dipasang. Di sisi lain, proyek besar energi terbarukan di bawah program independen power producers (IPP) mulai digalakkan kembali.

Tantangan Transisi dan Harapan Baru

Tentu saja, transisi ke energi surya secara masif tidak mudah. Hambatan regulasi, biaya awal yang tinggi, serta minimnya infrastruktur pendukung masih menjadi tantangan utama. Namun krisis kali ini telah memaksa semua pihak—baik pemerintah, swasta, maupun warga—untuk berpikir ulang soal masa depan energi.

Afrika Selatan kini berada di persimpangan: bertahan dengan sistem usang yang tak mampu lagi diandalkan, atau berinvestasi besar-besaran untuk membangun masa depan yang lebih terang dan berkelanjutan melalui energi terbarukan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved