Krisis Air Bersih Mengancam India, Warga Kota hingga Pedesaan Hadapi Kekeringan Ekstrem!
Tanggal: 1 Jun 2025 10:39 wib.
Tampang.com | Musim panas 2025 membawa dampak yang mengkhawatirkan di berbagai wilayah India. Kekeringan ekstrem melanda sejumlah negara bagian, dari Maharashtra, Gujarat, hingga Tamil Nadu, menyebabkan jutaan penduduk kesulitan mendapatkan air bersih. Waduk mengering, sumur-sumur tak lagi menghasilkan air, dan sungai-sungai utama menyusut ke titik terendah sepanjang sejarah.
Kondisi ini memicu alarm darurat di tingkat nasional, karena pasokan air menjadi sangat terbatas di tengah populasi yang terus bertambah dan suhu yang melonjak akibat krisis iklim.
Kota-Kota Besar Tak Lagi Terjamin
Bahkan kota metropolitan seperti Bengaluru dan Delhi, yang selama ini dianggap memiliki infrastruktur air terbaik, kini mengalami pemadaman air bergilir. Pemerintah daerah memberlakukan jadwal distribusi air yang ketat, dengan tanker air yang antre hingga belasan kilometer, berebut memenuhi kebutuhan masyarakat yang kehausan.
Warga terpaksa menyimpan air dalam ember dan jeriken, memprioritaskan penggunaannya hanya untuk kebutuhan paling dasar. Sementara itu, di pemukiman kumuh dan pinggiran kota, kondisi jauh lebih buruk, dengan banyak keluarga hidup tanpa akses air selama berhari-hari.
Pedesaan Lebih Rentan dan Terisolasi
Di desa-desa terpencil, krisis ini bahkan lebih mengerikan. Para petani kehilangan panen karena ladang mengering. Sumur tradisional yang selama ini menjadi tumpuan, kini tidak lagi mengalirkan air. Anak-anak dan perempuan harus berjalan hingga 5–10 kilometer setiap hari hanya untuk mengambil air dari sumber yang tersisa—yang belum tentu layak konsumsi.
Kesehatan masyarakat juga terdampak. Wabah penyakit akibat air kotor mulai bermunculan, dari diare hingga infeksi kulit, memperparah krisis kemanusiaan yang tengah berlangsung.
Penyebab dan Kegagalan Sistemik
Beberapa pakar menyebut kekeringan ini bukan semata bencana alam, melainkan hasil dari krisis iklim global yang diperparah oleh kegagalan tata kelola air nasional. Ketergantungan berlebihan pada air tanah, pemborosan di sektor pertanian, dan urbanisasi tanpa kontrol membuat India berada di ambang krisis jangka panjang.
Sungai-sungai besar seperti Ganges dan Yamuna tidak lagi dapat diandalkan, karena alirannya terputus-putus dan tercemar limbah industri. Sementara bendungan besar tak mampu menyimpan air dalam jumlah cukup karena musim hujan yang tidak menentu dan terlalu pendek.
Solusi Jangka Pendek dan Upaya Darurat
Pemerintah India mengerahkan pasukan tanggap darurat dan bantuan air melalui kereta khusus pengangkut air bersih di beberapa kota terdampak. Program konservasi air digalakkan secara agresif, mulai dari pemasangan sistem penampungan hujan di rumah-rumah, hingga larangan menyiram jalan atau mencuci mobil dengan air bersih.
Namun, solusi ini dianggap hanya tambal sulam dan tidak menyentuh akar permasalahan. Banyak kalangan menuntut reformasi besar-besaran dalam kebijakan air nasional dan mempercepat adaptasi terhadap perubahan iklim.
Jalan Panjang Menuju Ketahanan Air
Beberapa negara bagian mulai mengembangkan sistem daur ulang air limbah dan teknologi pengolahan air laut menjadi air minum. Kota Chennai, misalnya, mengandalkan desalinisasi sebagai langkah darurat. Namun, pendekatan semacam ini membutuhkan investasi besar, waktu, dan infrastruktur yang memadai—hal yang tidak dimiliki oleh seluruh wilayah.
Krisis ini menjadi pengingat bahwa air bukan lagi sumber daya yang bisa disepelekan. India tengah berpacu dengan waktu untuk mencegah keruntuhan sistem air nasional. Ketahanan air kini menjadi agenda utama untuk menjamin masa depan yang layak bagi 1,4 miliar penduduknya.