Kota Tanggerang Semakin Macet Parah
Tanggal: 27 Nov 2017 08:46 wib.
Tampang.com - Kemacetan di sejumlah jalan utama di Kota Tangerang kian hari makin parah. Itu terjadi karena tidak sebandingnya jumlah volume kendaraan dengan jumlah ruas jalan yang ada di kota tersebut. Akibatnya, sejumlah cara pun dilakukan pemerintah daerah ini untuk mengatasi persoalan yang makin hari makin parah itu.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangerang, Saeful Rohman mengatakan persoalan kemacetan lalu lintas di sejumlah titik itu terjadi sejak 2013 lalu. Itu terjadi setelah bertambahnya kendaraan baru di kota itu sebanyak 5 persen pertahun. Baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat. Kenaikan jumlah kendaraan itu tidak sebanding dengan jumlah ruas jalan baru yang dibangun saat ini.
”Benar ini menjadi salah tahu keluhan masyarakat dan pengendara di Kota Tangerang. hampir setiap hari kami mendapatkan laporan pengaduan kemacetan lalu lintas. Masalahnya memang tidak sebandingnya jumlah jalan dengan jumlah kendaraan baru,” katanya, akhir pekan lalu (24/11).
Berdasarkan catatan Dishub Kota Tangerang pada 2017 jumlah mobil pribadi mencapai 15.304 unit dan motor 100.102 unit. Jumlahnya semakin bertambah sejak 2013 lalu (selengkapnya lihat grafis). Sementara panjang jalan yang ada di Kota Tangerang hanya mencapai 555.36 kilometer persegi (km2)
Dijelaskan Saeful juga, ada beberapa ruas jalan yang menjadi lokasi kemacetan lalu lintas yang dilaporkan masyarakat. Diantaranya, Jalan MH Thamrin, Jalan Hasyim Ashari, Jalan Teuku Umar, Jalan Daan Mogot, kawasan Kebon Nanas dan beberapa jalan utama lain yang menghubungan Kota Tangerang dengan Kota Tangserang Selatan (Tangsel), Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta.
Kata dia, kemacetan itu terjadi setiap hari mulai pagi hari sampai sore dengan kepadatan kendaraan mencapai ribuan unit. ”Kami harus kerja ekstra di lokasi-lokasi kemacetan ini. Ada sekitar 100 personel Dishub dan polantas Polrestro Tangerang untuk mengatur arus kendaraan. Kalau tidak dilakukan ya tentunya keluhan ini akan terus bertambah. Salah satunya karena banyak yang bekerja di kota ini dan Jakarta juga, sehingga mereka menggunakan kendaraan pribadi,” jelasnya.
Untuk mengurai kemacetan yang terjadi, Saeful mengaku, pihaknya sudah melakukan rekayasa lalu lintas. Seperti memberlakukan looping (putaran) di beberapa ruas jalan yang diindikasikan menyebabkan kemacetan. Salah satu ruas jalan yang akan dibuat looping diantaranya Jalan Hasyim Ashari dan Jalan Teuku Umar-GJA, serta sejumlah ruas jalan lainnya yang kepadatan arus lalu lintasnya sudah cukup tinggi.
”Untuk penerapan yang lain masih dikaji, nanti kami informasikan jika sudah ada hasil yang diperoleh. hanya looping ini mampu mengatasi kemacetan. Karena tidak mungkin lagi membangun jalan baru, mengingat pembebasan lahan untuk pembuatan jalan sangat besar nilainya saat ini,” ucpanya.
Menurutny Saeful juga, penerapan looping diberlakukan guna menghindari crossing antar kendaraan bermotor dalam mengurai kemacetan di beberapa titik diruas jalan Kota Tangerang. Pengalihan arus itu diarahkan ke flyover (jembatan layang) atau underpass (terowongan). Dengan looping system, maka kendaraan dapat terus melaju tanpa harus berhenti di simpang jalan.
”Durasinya lampu merah 180 detik, sementara lampu hijau hanya 50 detik. Jadi dengan cara ini kami anggap dapat menyelesaikan sementara kemacetan karena ada penambahkan kendaraan baru. Kami juga akan usulkan adanya pembatasan kendaraan pribadi agar mengurangi kemacetan. Jadi nanti akan ada sistem yang dibuat agar semua beralih ke moda transportasi massal,” cetusnya juga.
Samsuri, 32, warga Poris Plawad, Kecamatan Cipondoh mengatakan musti ada tindakan nyata dari Pemkot Tangerang untuk mengurangi kemacetan. ”Coba lihat saja di sekitar kawasan Cikokol, kemacetan nyaris setiap saat. ”Angkot ngetem, ojek online menunggu penumpang. Sumpek dah kalo lewat Cikokol,” terangnya.
Dia juga mengatakan, harus ada regulasi seperti pembatasan mobil pribadi atau regulasi lainnya untuk mengurangi kemacetan. ”Tapi harus ada transportasi publik yang nyaman dan aman serta terintegrasi. Kalo gak ada percuma warga pasti naik kendaraan pribadi lagi,” cetusnya.
Menilai itu, Pengamat Transportasi Universitas Tarumanegara Leksmono Suryo Putranto menuturkan, upaya penerapan looping yang dilakukan Dishub Kota Tangerang di beberapa titik jalan dinilai tidak akan mengurangi kemacetan lalu lintas. Semisal menerapkan sistem rekayasa satu arah yang harus dicoba diterapkan oleh instansi tersebut. Padahal, jika adanya sistem satu arah itu akan membuat arus kendaraan di beberapa persimpangan akan capat cepat terurai.
”Tidak akan dapat diselesaikan, karena tidak ada kajian untuk membuat sistem satu arah. Ini yang harusnya dilakukan semua pemerintah daerah, bila perlu di kurangi jumlah persimpangan. Kalau hanya mengandalkan looping sama saja tidak ada solusi yang diberikan,” tuturnya.
Ditambahkan Leksmono juga, Pemkot Tangerang belum melakukan pendataan kendaraan yang tidak layak jalan yang dimiliki warga kota tersebut. Padahal, hal itu juga berdampak baik dalam mengurai kemacetan lalu lintas. Dan karena itu kata dia, perbaikan sistem kerja Dishub dalam memantau kemacetan itu harus diperbaiki. Selain itu juga Dishub Kota Tangerang harus memiliki menejemen dan rekayasa lalu lintas.(cok)
Kenaikan kendaraan pribadi di Kota Tangerang
1. Tahun 2013
Mobil : 87.027 unit
Motor : 410.755 unit
2. Tahun 2014
Mobil : 94.334 unit
Motor : 570.665 unit
3. Tahun 2015
Mobil : 10.503 unit
Motor : 709.609 unit
4. Tahun 2016
Mobil : 13.760 unit
Motor : 809.700 unit
5. Tahun 2017
Mobil : 15.304 unit
Motor : 100.102 unit.
Macet di Perbatasan Kota Tangerang
Perbatasan Kota Tangsel
1. Jalan MH Thamrin
2. Jalan Wahid Hasyim
3. Jalan Ciledug Raya
Perbatasan DKI Jakarta
1. Jalan Daan Mogot
2. Jalan HOS Cokroaminoto
Perbatasan Kabupaten Tangerang
1. Jalan Imam Bonjol
2. Jalan Gatot Subroto
Macet di Jalan Perkotaan
1. Jalan MH Thamrin, Jalan Hasyim Ashari, Jalan Teuku Umar, Jalan Jenderal Sudirman dan lainnya