Kota Paling Ramah Sepeda di Dunia: Belajar dari Amsterdam dan Kopenhagen
Tanggal: 8 Jul 2025 09:40 wib.
Di tengah kota-kota besar yang semakin padat dan tercemar, konsep mobilitas berkelanjutan menjadi sebuah keharusan. Sepeda, sebagai moda transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan menyehatkan, kembali menemukan tempatnya. Namun, membangun budaya bersepeda yang kuat bukanlah pekerjaan mudah. Dua kota di Eropa, Amsterdam dan Kopenhagen, telah membuktikan diri sebagai yang terdepan dalam mewujudkan kota yang ramah sepeda, menawarkan pelajaran berharga bagi kota-kota lain di seluruh dunia.
Amsterdam: Sejarah dan Dedikasi pada Dua Roda
Amsterdam, ibu kota Belanda, adalah kota yang identitasnya tak terpisahkan dari sepeda. Diperkirakan ada lebih banyak sepeda daripada penduduknya di kota ini. Keberhasilan Amsterdam bukan kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan kota yang matang dan dedikasi panjang.
Infrastruktur Prioritas: Kunci utama Amsterdam adalah infrastruktur sepeda yang ekstensif dan terintegrasi. Kota ini memiliki jalur sepeda (fietspaden) yang terpisah dari jalan raya dan trotoar pejalan kaki, memastikan keamanan dan kenyamanan pengendara sepeda. Jaringan jalur ini mencakup seluruh kota, memungkinkan akses mudah ke mana saja. Persimpangan dirancang khusus untuk pesepeda dengan sinyal lampu yang jelas, dan terdapat banyak tempat parkir sepeda, termasuk "garasi" sepeda multi-tingkat di stasiun-stasiun besar.
Budaya Bersepeda Sejak Dini: Bersepeda adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di Amsterdam, bahkan sejak usia dini. Anak-anak diajari bersepeda sejak kecil dan menggunakannya untuk pergi ke sekolah. Tidak ada stigma sosial terkait dengan bersepeda; ini adalah cara transportasi yang normatif untuk semua kalangan, dari mahasiswa hingga eksekutif. Fleksibilitas sepeda juga memungkinkan orang membawa barang belanjaan, anak-anak, bahkan hewan peliharaan.
Kebijakan yang Mendukung: Pemerintah kota secara konsisten mengutamakan pesepeda dalam kebijakan transportasi. Anggaran besar dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur sepeda, dan ada upaya berkelanjutan untuk mengurangi dominasi mobil di pusat kota. Misalnya, jalur mobil sering dikurangi atau dihilangkan untuk memberi ruang bagi jalur sepeda dan pejalan kaki. Penegakan hukum juga memastikan keselamatan pesepeda, dengan sanksi tegas bagi pelanggar lalu lintas yang membahayakan.
Kopenhagen: Evolusi Menuju "Copenhagenization"
Kopenhagen, ibu kota Denmark, adalah contoh lain dari transformasi luar biasa menuju kota sepeda. Fenomena ini bahkan dikenal sebagai "Copenhagenization," merujuk pada proses di mana kota-kota di seluruh dunia mencoba meniru kesuksesan Kopenhagen dalam mempromosikan bersepeda.
Desain Kota untuk Manusia: Kopenhagen telah mengadopsi filosofi desain kota yang berpusat pada manusia, bukan mobil. Jalur sepeda di sini seringkali lebih lebar dan terlindungi, memberikan ruang yang nyaman bagi pesepeda dari berbagai kecepatan. Jembatan khusus sepeda yang ikonik telah dibangun untuk mempermudah konektivitas antardistrik, melewati hambatan seperti air atau rel kereta api. Bahkan ada "super cycle highways" yang dirancang untuk perjalanan jarak jauh, menghubungkan kota dengan pinggiran kota.
Integrasi dengan Transportasi Publik: Salah satu kekuatan Kopenhagen adalah integrasi sempurna antara sepeda dan transportasi publik. Masyarakat dapat dengan mudah membawa sepeda mereka ke dalam kereta komuter atau menemukan fasilitas parkir sepeda yang aman di stasiun. Ini memungkinkan perjalanan multimodal, di mana sebagian perjalanan ditempuh dengan sepeda dan sebagian lainnya dengan transportasi umum, memperluas jangkauan tanpa perlu mobil pribadi.
Data dan Inovasi Berkelanjutan: Pemerintah Kopenhagen sangat bergantung pada data untuk memahami pola perjalanan dan kebutuhan pesepeda. Sensor di jalur sepeda menghitung jumlah pengendara, dan survei rutin dilakukan untuk mendapatkan masukan. Data ini digunakan untuk terus menyempurnakan infrastruktur dan kebijakan. Inovasi juga terlihat pada fitur seperti lampu lalu lintas yang diprogram untuk memberikan "gelombang hijau" bagi pesepeda, atau tangga khusus untuk mempermudah akses sepeda di stasiun.
Keberhasilan Amsterdam dan Kopenhagen menunjukkan bahwa transformasi menuju kota yang ramah sepeda membutuhkan lebih dari sekadar jalur sepeda. Dibutuhkan komitmen politik yang kuat, investasi infrastruktur yang berkelanjutan, perubahan budaya, dan filosofi perencanaan kota yang memprioritaskan mobilitas aktif.
Pelajaran utamanya adalah:
Prioritaskan Infrastruktur Aman: Jalur sepeda yang terpisah dan aman adalah fondasi.
Integrasi Moda Transportasi: Mempermudah kombinasi sepeda dengan transportasi umum.
Kebijakan yang Mendukung: Mengurangi dominasi mobil dan mendorong penggunaan sepeda melalui regulasi.
Promosi Budaya Bersepeda: Mengedukasi masyarakat dan menjadikan bersepeda sebagai pilihan yang menarik dan nyaman.
Meskipun setiap kota memiliki tantangan uniknya sendiri, prinsip-prinsip yang diterapkan di Amsterdam dan Kopenhagen memberikan peta jalan yang jelas bagi siapa pun yang bercita-cita membangun masa depan kota yang lebih hijau, sehat, dan efisien melalui kekuatan sepeda