Korsel dan Jepang Segera Terapkan Sanksi atas Tuduhan Jual Beli Senjata dengan Korut dan Rusia
Tanggal: 25 Mei 2024 11:32 wib.
Korea Selatan dan Jepang baru-baru ini mengumumkan penerapan sanksi terpisah yang ditujukan kepada perusahaan, kapal, dan individu yang diduga terlibat dalam transaksi senjata antara Korea Utara dan Rusia. Hal ini terkait dengan dugaan penyediaan senjata Korea Utara ke Rusia untuk digunakan dalam konflik di Ukraina, yang merupakan pelanggaran terhadap resolusi PBB. Pengumuman ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum para pemimpin Korea Selatan, Jepang, dan China bertemu di Seoul dalam pertemuan puncak trilateral pertama dalam hampir lima tahun.
Tuduhan ini mencuat setelah Pyongyang diduga mengirimkan ribuan kontainer amunisi ke Rusia. Para ahli juga menyatakan bahwa uji coba senjata yang dilakukan oleh Korea Utara baru-baru ini mungkin ditujukan untuk digunakan oleh Rusia di medan perang di Ukraina. Pada hari Jumat (24/5), juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengecam keras dugaan kesepakatan tersebut. Ia menyatakan bahwa Tokyo telah bekerja sama dengan sekutu seperti Amerika Serikat untuk membekukan aset 11 kelompok dan satu individu yang terlibat dalam bantuan militer Rusia-Korea Utara yang dimaksudkan untuk mendukung invasi Moskow ke Ukraina. Hayashi juga menambahkan bahwa hal ini melanggar resolusi keamanan PBB yang secara tegas melarang transfer senjata dan material terkait Korea Utara.
Surat kabar Jepang, Asahi, melaporkan bahwa sembilan kelompok dan individu tersebut berada di Rusia, sementara dua organisasi lainnya yang berbasis di Siprus diduga membantu mengangkut senjata dari Korea Utara. Langkah serupa juga sudah ditempuh oleh Departemen Keuangan AS pada bulan Agustus 2023, yang memberlakukan sanksi terhadap Rusia karena penggunaan amunisi dan kehilangan alat berat di Ukraina.
Masih terkait dengan hal ini, Korea Selatan juga memberlakukan sanksi terhadap dua kapal Rusia dan tujuh kapal Korea Utara karena berbagai aktivitas, termasuk dugaan perdagangan pasokan militer antara Moskow dan Pyongyang. Kementerian Luar Negeri Seoul menyatakan bahwa kapal-kapal tersebut membawa sejumlah besar kontainer antara Rusia dan Korea Utara yang mengangkut pasokan militer.
Sementara itu, Pyongyang sendiri membantah tuduhan bahwa mereka mengirimkan senjata ke Rusia dengan menyatakan bahwa mereka tidak berniat mengekspor kemampuan teknis militer ke negara manapun. Meski demikian, tuduhan ini telah mendapat perhatian serius dari negara-negara terkait, dan sanksi yang diberlakukan oleh Korea Selatan dan Jepang merupakan langkah tegas sebagai respons terhadap dugaan transaksi senjata antara Korea Utara dan Rusia.
Penting untuk diingat bahwa perdagangan senjata antara negara-negara yang terlibat dalam konflik internasional dapat menjadi faktor yang memperkeruh situasi dan memperpanjang pertempuran. Kesepakatan senjata semacam ini juga dapat melanggar perjanjian internasional yang telah disepakati oleh komunitas internasional, termasuk resolusi PBB yang secara tegas melarang transfer senjata dan material terkait dari Korea Utara.
Meski sanksi telah diberlakukan, penanganan kasus ini masih perlu dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan bukti-bukti yang kuat. Kolaborasi antarnegara, termasuk dengan Amerika Serikat, menjadi penting dalam mengungkap dan menindaklanjuti transaksi senjata yang melibatkan Korea Utara dan Rusia.