Sumber foto: google

Korean Air Mengalami Turbulensi Parah, 13 Penumpang Cedera

Tanggal: 25 Jun 2024 11:53 wib.
Pesawat Korean Air KE189 mengalami turbulensi parah dalam perjalanan dari Incheon, Korea Selatan, menuju Taichung, Taiwan, pada Sabtu (22/6). Insiden ini menyebabkan 13 penumpang mengalami cedera.

Menurut laporan Koran Korsel JoongAng Daily, KE189 berangkat dari Bandara Internasional Incheon dengan 125 penumpang sekitar pukul 16.45 waktu setempat. Sekitar 50 menit setelah lepas landas, pesawat mengalami peringatan kesalahan sistem tekanan udara. Pesawat tersebut merupakan Boeing 737 Max 8 yang sistem tekanannya berguna untuk mengatur tingkat tekanan di dalam pesawat.

Dampak dari kesalahan sistem tersebut sangat parah. Pesawat terjun dari ketinggian sekitar 35.000 kaki (10,6 kilometer) menjadi 9.000 kaki (2,7 kilometer) dalam waktu 15 menit. Data dari situs pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan bahwa pesawat turun sekitar 26.900 kaki dalam waktu yang sama.

Akibat kejadian ini, pilot terpaksa memutuskan untuk kembali ke Bandara Incheon. Pesawat tiba di bandara tersebut sekitar pukul 19.40 waktu setempat, alias tiga jam setelah lepas landas. Menurut laporan JoongAng Daily, Kementerian Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan mencatat adanya 15 penumpang yang menderita hiperventilasi atau nyeri pada gendang telinga akibat insiden ini. Sebanyak 13 orang dari mereka harus dibawa ke rumah sakit setibanya di Incheon.

Juru bicara Korean Air menyatakan bahwa perusahaan sedang menyelidiki penyebab pasti insiden KE189 ini. Korean Air juga merencanakan untuk melakukan pemeliharaan pada pesawat tersebut setelah pemeriksaan selesai. Penerbangan akhirnya dialihkan ke keesokan harinya, yakni Minggu (23/6) dan tiba sekitar pukul 12.24 Waktu Taiwan menggunakan pesawat lain.

Beberapa penumpang menyatakan bahwa mereka merasa trauma dan takut untuk bepergian menggunakan pesawat terbang untuk sementara waktu. Seorang penumpang KE189, Hsu, mengungkapkan bahwa dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres sesaat sebelum insiden turbulensi terjadi karena para pramugari tetap duduk di kursi masing-masing. Hsu juga mengatakan bahwa dia dan putrinya menggunakan masker oksigen ketika pesawat mulai terjun bebas. Mereka juga merasakan sakit telinga dan sakit kepala akibat insiden tersebut.

Insiden ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keselamatan penerbangan dan perlu ditindaklanjuti dengan penanganan yang cermat. Data dari Badan Keselamatan Penerbangan Internasional (ICAO) menunjukkan bahwa ada 4.170 insiden kecelakaan penerbangan dalam lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan penerbangan masih menjadi tantangan serius bagi industri penerbangan. Ini juga menunjukkan perlunya penerapan standar keselamatan yang lebih ketat dan pemeliharaan pesawat yang lebih teliti.

Menjaga keamanan dalam penerbangan menjadi tanggung jawab bersama antara maskapai, regulator penerbangan, dan produsen pesawat. Korean Air dan maskapai penerbangan lainnya tentu harus melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan pesawat secara berkala dan menyeluruh. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pesawat yang dioperasikan dalam kondisi yang baik dan aman bagi penumpang.

Selain itu, perlu juga diperhatikan prosedur pelatihan dan keterampilan pilot dalam menghadapi situasi darurat. Seluruh pilot harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sangat baik dalam mengatasi situasi tidak terduga seperti turbulensi parah. Penyelenggaraan pelatihan ini sangat penting agar pilot dapat mengambil keputusan yang tepat dalam situasi darurat dan dapat mengendalikan pesawat dengan efektif.

Keselamatan penerbangan adalah prioritas utama dalam industri penerbangan. Insiden KE189 menjadi pengingat penting bahwa perhatian terus mesti diberikan terhadap aspek keselamatan ini. Melalui pencegahan, pemeliharaan, dan penanganan yang tepat, diharapkan insiden-insiden serupa dapat diminimalisir untuk menjaga keamanan dan kepercayaan masyarakat terhadap transportasi udara.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved