korban tenggelam tabrakan Tugboat Harmoni X belum Diketemukan
Tanggal: 7 Nov 2017 10:38 wib.
Tampang.com – Pencarian Junaidi (55), korban tenggelam tabrakan Tugboat Harmoni X dengan perahu, terus dilakukan hingga tadi malam (5/11). Radius pencarian tim gabungan Basarnas Kaltim dan relawan diperluas hingga 11 kilometer dari titik kecelakaan. Secara sederhana, pencarian dilakukan dari lokasi kejadian di kawasan Harapan Baru, Loa Janan Ilir, hingga depan Kantor Gubernur Kaltim.
Adi Sudjoko, person in charge Basarnas Kaltim untuk pencarian Junaidi, menerangkan, meluasnya pencarian korban berdasar perhitungan kecepatan arus Sungai Mahakam. Sebelumnya, Sabtu (4/11), pencarian dari Jembatan Mahulu hingga Jembatan Mahakam. “Ini untuk mengantisipasi kemungkinan kecil korban sempat terbawa tongkang saat musibah terjadi,” ujarnya.
Dari pantauan media ini pada pukul 20.30 Wita, tim menyiapkan penerangan portabel di posko pencarian yang berlokasi di Kompleks Mahakam Square, Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang, Samarinda. Adi mengungkapkan, bila benar korban tenggelam, maka akan mengapung dua hingga tiga hari. “Makanya, kami antisipasi jika korban mengapung malam ini (tadi malam),” ujarnya.
Pencarian korban tenggelam tentu ada kendala. Nah, untuk kasus Junaidi, Adi mengatakan, kendala pencarian adalah arus yang cukup deras. Sehingga menyulitkan perahu karet bermesin yang diturunkan Basarnas.
Selain itu, tumpukan eceng gondok di perairan Sungai Mahakam membuat mereka mesti berhati-hati. Pasalnya, jika baling-baling perahu karet terlilit tanaman air, bisa berakibat fatal. “Mesin mati di tengah perairan,” ujarnya.
Melihat kumpulan eceng gondok yang cukup rimbun, mereka menduga jasad korban berada di bawah tumpukan tanaman tersebut. Namun, dia menjelaskan, timnya tak mungkin memeriksa timbunan eceng gondok satu demi satu. Hingga pukul 00.00 Wita, korban belum juga ditemukan.
20 KALI PENCARIAN
Kepala Basarnas Kaltimra Kantor Balikpapan Mujiono melalui Kasi Operasi Octavianto mengatakan, dari Januari 2017 hingga sekarang, pihaknya sudah 20 kali melakukan operasi pencarian dugaan korban tenggelam di Sungai Mahakam. Wilayah operasinya mulai Kutai Barat, Samarinda, hingga Anggana, Kutai Kartanegara. Baik karena kecelakaan murni maupun kasus kriminal.
Octa–sapaan akrabnya–menjelaskan, mencari korban tenggelam di Sungai Mahakam memang penuh tantangan. Bahkan lebih sulit dibanding mencari korban tenggelam di laut. Sungai Mahakam memiliki karakteristik arus bawah deras. Selain itu, kekeruhan air membuat jarak pandang nol. Menyulitkan tim penyelam yang mencari korban di dasar sungai.
“Visibility zero. Penyelam dalam mencari korban bila diduga tersangkut hanya bisa meraba. Selain itu, dasar sungai dipenuhi batu dan batang pohon. Menyelam pun harus berpegangan pada rantai atau tali jangkar,” bebernya.
Selain kondisi sungai, informasi awal dugaan korban tenggelam juga menentukan nasib korban. Karena banyak informasi korban tenggelam terlambat dilaporkan. Terlebih, insiden tabrakan tersebut terjadi malam hari. Sehingga menyulitkan dalam pencarian. Karena kurangnya pencahayaan.
Sementara itu, Kapolsekta Kawasan Pelabuhan Samarinda Kompol Erick Budi Santoso menjelaskan, baru satu saksi yang diperiksa, yakni Suhadi (34) penumpang perahu motor yang dikemudikan Junaidi. “Saksi lainnya, baru akan kami periksa besok (hari ini),” ujarnya.
Dia melanjutkan, saksi yang akan diperiksa hari ini adalah Kapten Tugboat Harmoni X Asrat dan pihak perusahaan. Pemeriksaan terhadap mereka lantaran Suhadi menyebut dirinya adalah anak buah kapal (ABK) Tugboat Harmoni X. “Makanya, kami perlu melakukan pemeriksaan silang,” terangnya. Sementara itu, Tugboat Harmoni X dan tongkang Lintas Samudera 81 ditambatkan di sebuah dermaga di kawasan Kelurahan Harapan Baru.
Dikonfirmasi terpisah, Humas Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Samarinda Hanif Yuda menjelaskan, pihaknya belum menerima kronologi musibah tersebut dari Polsekta Kawasan Pelabuhan Samarinda. Sebab, tabrakan terjadi di perairan terbuka. “Jika tabrakan terjadi di perairan di bawah jembatan, kami pasti langsung menerima laporan,” terangnya.
Dia meneruskan, jika sudah ada kronologi dari polisi, pihaknya baru bisa memutuskan yang akan dilakukan. “Bisa dengan teguran hingga sanksi tertinggi, yakni pencabutan izin berlayar,” terangnya.
Sebelumnya, Sabtu (4/11) sekitar pukul 00.15 Wita, Junaidi, motoris perahu, diduga tenggelam setelah ditabrak tongkang yang ditarik tugboat di perairan Kelurahan Harapan Baru, Samarinda.
Junaidi (55) dan Sumawati (53), istrinya, seperti biasa santai bersama anak dan cucu mereka di rumah pada siang hari. Junaidi tinggal Jalan Cipto Mangunkusumo, Nomor 21, RT 12, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda.
Tak lama berselang, telepon seluler Junaidi berdering. Panggilan telepon itu berasal dari Suhadi (34) yang meminta diantarkan ke Tugboat Harmoni X, penarik ponton Lintas Samudra 81. Karena permintaan itu, Junaidi menyanggupi. Tugboat datang dari arah Muara Berau ke arah Tenggarong, Kukar.
Sumawati mengatakan, suaminya sudah 10 tahun menjadi motoris perahu. Ayah dari Maisarah, Latifah, dan Kevin itu kerap mengantarkan penumpang seperti Suhadi. Bayaran yang didapatkan tak menentu. Mulai Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu sekali antar. “Biasanya (mengantarkan penumpang) tidak sampai larut malam. Tapi tugboat dari hilir baru sampai di tempat penjemputan pada tengah malam,” ujarnya.
Dia bercerita, tepat pukul 00.00 Wita, suaminya pamit untuk mengantarkan penumpang. Perahu telah siap di belakang rumah di pinggir Sungai Mahakam.
Junaidi pun menutup pintu rumah dan menuju perahu. Dia berpesan agar Sumawati lekas tidur. Namun, istrinya tetap memilih menunggu pasangan hidupnya itu kembali ke rumah. “Saya tidak bisa tidur kalau penghuni rumah ini belum lengkap. Jadi, saya tetap menunggu sambil menonton televisi,” bebernya.
Waktu berselang, tak begitu lama dia mendengar deru mesin perahu mendekat ke rumah. Awalnya Sumawati mengira suaminya telah pulang. Saat mengintip, dia melihat sosok yang tak dikenal. Dari balik celah daun pintu yang dibuka sedikit, dia bertanya apa maksud kedatangan orang-orang tersebut. Tapi, Sumawati diminta mendekat. Saat itu dia melihat Suhadi dalam kondisi basah menggigil.
“Saya tanya, mana Bapak? Mana perahunya? Dia (Suhadi) bilang, Bapak enggak ada. Jatuh tenggelam ditabrak tongkang,” ucapnya lalu terisak. Setelah mendapat kabar, Sumawati meminta ikut dalam pencarian Junaidi.
Dia juga ditemani Latifah, anak keduanya. Informasi yang diterima Sumawati, Tugboat Harmoni X saat itu memacu laju cukup kencang. Sebab, mereka menghindari perompak yang ingin meminta jatah solar dengan paksa. Nahas, saat hendak memutar arah perahu, korban tersangkut ke tumpukan eceng gondok yang membuat perahu korban tertabrak ponton yang ditarik tugboat.