Sumber foto: Google

Konflik Memanas, Warga Sipil Jadi Korban! Dunia Kembali Bungkam?

Tanggal: 1 Jun 2025 09:42 wib.
Tampang.com | Krisis kemanusiaan kembali mencuat di tengah konflik bersenjata yang memanas di salah satu kawasan strategis dunia. Ratusan warga sipil dilaporkan tewas dan ribuan lainnya mengungsi, namun respons komunitas internasional dinilai lamban, bahkan cenderung abai.

Kekerasan Meningkat, Korban Sipil Berjatuhan

Serangan demi serangan terus berlangsung tanpa pandang bulu. Sekolah, rumah sakit, dan permukiman padat penduduk menjadi sasaran dalam konflik yang telah berlangsung berminggu-minggu. Gambar-gambar memilukan dari anak-anak terluka dan keluarga yang kehilangan tempat tinggal menyebar luas, memicu kemarahan publik global.

Namun sayangnya, meski tekanan dari berbagai organisasi kemanusiaan sudah dilayangkan, banyak negara besar memilih bungkam atau hanya memberi pernyataan normatif tanpa aksi nyata.

“Ini bukan hanya soal perang, tapi soal kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujar seorang analis hubungan internasional. Ia menilai bahwa dunia terlalu banyak berkalkulasi politik, hingga melupakan sisi kemanusiaan.

PBB dan Negara Besar Dituding Tak Bertindak Tegas

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dinilai kehilangan taringnya dalam menangani konflik ini. Resolusi demi resolusi hanya menghasilkan perdebatan panjang tanpa solusi konkret. Dewan Keamanan PBB justru terpecah, dengan veto yang terus memperumit upaya gencatan senjata.

“Lembaga internasional tak boleh hanya jadi penonton. Jika mereka tidak bisa bertindak, lalu siapa yang bisa melindungi korban sipil?” tegas aktivis HAM dari Asia Selatan.

Sementara itu, negara-negara kuat dunia seperti hanya sibuk mempertahankan posisi politik dan aliansi militer masing-masing, bukannya menciptakan ruang perdamaian.

Eksodus Pengungsi, Krisis Baru Mengancam

Dampak dari konflik ini tak hanya berhenti pada korban jiwa. Lonjakan pengungsi mulai membanjiri perbatasan negara-negara tetangga, menciptakan tantangan sosial dan ekonomi baru. Banyak dari mereka hidup tanpa kepastian, menggantungkan harapan pada bantuan internasional yang datang tidak menentu.

“Kami tidak tahu akan ke mana. Setiap hari adalah pertaruhan hidup,” kata seorang pengungsi yang berhasil lolos dari daerah konflik dengan membawa dua anaknya.

Media Sosial Menjadi Medan Perang Narasi

Di tengah lemahnya perhatian dunia, media sosial menjadi ruang utama untuk menyuarakan derita para korban. Video dan foto dari lapangan banyak dibagikan, mengundang simpati sekaligus kecaman terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab. Namun di sisi lain, disinformasi dan propaganda juga ikut menyebar, membingungkan publik global.

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana opini publik kini dibentuk oleh narasi visual, bukan hanya oleh laporan diplomatik resmi.

Saatnya Dunia Bangkit dari Kebisuan

Konflik yang terus berulang dengan pola korban sipil sebagai pihak paling dirugikan seharusnya menjadi alarm bagi komunitas internasional. Dunia dituntut untuk tidak lagi memilih diam, tetapi bertindak konkret demi menyelamatkan nyawa dan martabat manusia.

Ketika suara para korban tak lagi terdengar oleh pemimpin dunia, maka tanggung jawab moral berpindah kepada kita semua—masyarakat global yang masih memiliki hati nurani.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved