Konflik Air India-Pakistan Memanas: Indus Water Treaty Terancam di Tengah Gencatan Senjata
Tanggal: 18 Mei 2025 18:27 wib.
Tampang.com | Meski gencatan senjata antara India dan Pakistan resmi dimulai pada Minggu (10/5/2025), ketegangan kedua negara belum sepenuhnya mereda. Sorotan kini beralih ke isu strategis yang lebih sunyi namun krusial: air. Pemerintah India hingga kini belum memulihkan Indus Water Treaty (IWT), perjanjian penting pembagian air dengan Pakistan, yang ditangguhkan sejak insiden penembakan mematikan di Kashmir pada 26 April lalu.
Tidak hanya menangguhkan perjanjian, New Delhi bahkan mempercepat pengerjaan proyek-proyek pengelolaan air di sungai-sungai utama yang menjadi bagian dari IWT, seperti Chenab, Jhelum, dan Indus. Padahal, berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1960, sebagian besar aliran dari sungai-sungai tersebut diperuntukkan bagi Pakistan.
India Percepat Proyek Sungai, Pakistan Ketar-ketir
Salah satu langkah konkret India adalah perluasan Kanal Ranbir di Sungai Chenab. Dilansir Reuters, proyek ini akan menggandakan panjang kanal menjadi 120 kilometer, memungkinkan peningkatan aliran air dari sekitar 40 meter kubik per detik menjadi 150 meter kubik per detik. Kanal yang sudah ada sejak abad ke-19 ini kini menjadi bagian dari strategi baru India yang dinilai dapat mengurangi pasokan air ke Pakistan secara signifikan.
Pemerintah India, termasuk kantor Perdana Menteri Narendra Modi, belum memberikan tanggapan resmi terkait proyek-proyek ini. Namun pidato Modi yang menyatakan "air dan darah tidak bisa mengalir bersamaan" ditafsirkan banyak pihak sebagai sinyal kuat bahwa air kini digunakan sebagai alat tekanan dalam konflik geopolitik dengan Pakistan.
Respons Keras dari Pakistan
Pakistan tidak tinggal diam. Menteri Luar Negeri Ishaq Dar mengonfirmasi bahwa Islamabad telah mengirimkan surat resmi kepada India, menyatakan bahwa mereka masih menganggap IWT sah dan berlaku. Dalam pernyataannya, Pakistan menyebut langkah India sebagai bentuk “agresi tak langsung” dan memperingatkan bahwa pengalihan aliran air dapat dianggap sebagai "tindakan perang".
Ketergantungan Pakistan terhadap Sungai Indus memang sangat tinggi. Sekitar 80 persen sistem pertanian dan hampir seluruh pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mereka bergantung pada sungai ini. Sejak awal Mei 2025, Pakistan mulai merasakan dampaknya. Aliran air ke beberapa wilayah dilaporkan turun hingga 90 persen dalam waktu singkat, akibat proyek pemeliharaan yang mulai dilakukan India.
Indus Water Treaty: Pilar Perdamaian yang Rawan Runtuh
Perjanjian Indus Water Treaty yang ditengahi oleh Bank Dunia ini telah bertahan lebih dari enam dekade, bahkan di tengah berbagai perang dan ketegangan militer antara India dan Pakistan. Namun, situasi saat ini dinilai sebagai ancaman paling serius bagi kelangsungannya.
Dalam perjanjian, India hanya diperbolehkan membangun proyek-proyek kecil seperti PLTA di sungai yang mengalir ke Pakistan. Di sisi lain, India memiliki hak penuh atas tiga sungai lainnya: Sutlej, Beas, dan Ravi. Kini, India dikabarkan tengah merancang proyek PLTA besar yang akan meningkatkan kapasitas listriknya dari 3.360 megawatt menjadi 12.000 megawatt, serta pembangunan bendungan skala besar yang diperkirakan dapat menyimpan air dalam jumlah signifikan.
Politik di Balik Krisis Air
Menurut pengamat hubungan internasional Happymon Jacob dari Jawaharlal Nehru University, fokus India pada perjanjian air ini mencerminkan strategi politik jangka panjang mereka. “Delhi tampaknya berusaha menghindari dialog tentang Kashmir dan justru mengalihkan tekanan lewat isu air,” katanya.
Sementara itu, Pakistan tengah mempersiapkan langkah hukum melalui forum internasional seperti Mahkamah Arbitrase Permanen dan Mahkamah Internasional di Den Haag untuk mengupayakan pemulihan perjanjian air.
Ancaman Ganda: India Juga Bisa Kena Dampak
Meski India saat ini memegang kendali atas sumber air, pakar keamanan air David Michel mengingatkan bahwa langkah tersebut bisa menjadi bumerang. “Jika India menjadikan air sebagai alat tekan terhadap Pakistan, maka Beijing bisa menggunakan strategi serupa terhadap India, karena sumber Sungai Indus berasal dari wilayah Tibet yang dikuasai Tiongkok,” jelasnya.