Sumber foto: google

Kolombia Memutus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Tanggal: 3 Mei 2024 09:14 wib.
Presiden Kolombia Gustavo Petro memutus hubungan diplomatik dengan Israel pada Kamis (2/5), sebagai respons terhadap tindakan brutal yang terjadi di Jalur Gaza. Pemerintah Kolombia telah merencanakan pemutusan hubungan dengan Israel setelah menyaksikan serangkaian kekejaman yang terjadi di wilayah tersebut.

Petro secara resmi akan memutus hubungan diplomatik negaranya dengan Israel secara sepihak. "Besok (Kamis) hubungan diplomatik dengan negara Israel akan terputus... karena memiliki pemerintahan, karena memiliki presiden yang melakukan genosida," ujar Petro pada Rabu (1/5).

Sebelumnya, Israel telah 'menghentikan ekspor keamanan' ke Kolombia setelah Petro menyebut perilaku Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mirip dengan pemerintah Nazi yang dulu berkuasa di Jerman.

Israel menuduh Petro "menyatakan dukungan terhadap kekejaman yang dilakukan oleh teroris Hamas, memicu anti semitisme."

Gallant juga memanggil duta besar Kolombia untuk ditanyai lebih lanjut mengenai pernyataan Petro tersebut. Sebagai tindak balas, Bogota mengusir utusan diplomatik Israel di Kolombia.

Hubungan diplomatik dan militer antara Kolombia dan Israel sebelumnya kuat. Namun, sikap Israel yang dianggap bengis oleh Kolombia telah memicu kemarahan hingga pemutusan hubungan yang telah terjalin lama.

Hal ini menandai langkah tegas dari Kolombia terhadap kekerasan yang terus dilakukan oleh Israel sebagai upaya pembelaan diri dari Hamas. Tidak hanya itu, langkah tersebut juga menjadi bagian dari desakan internasional yang menuntut Israel untuk menghentikan tindakan kekerasan di wilayah Palestina.

Pemutusan hubungan diplomatik ini juga menandai penolakan Kolombia terhadap tindakan penindasan yang dilakukan oleh Israel. Sebagai salah satu negara di Amerika Latin yang memiliki sejarah panjang perjuangan melawan penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia, sikap Kolombia dalam memutus hubungan ini pun diharapkan dapat memunculkan dampak yang signifikan di arena internasional.

Selain itu, langkah ini juga memicu reaksi dari berbagai negara di Amerika Latin. Sejumlah negara seperti Venezuela, Bolivia, dan Kuba turut mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap keputusan Kolombia untuk memutus hubungan dengan Israel.

Pada gilirannya, hal ini juga menunjukkan solidaritas antara negara-negara di Amerika Latin yang menegaskan penolakan terhadap penindasan yang terjadi di Palestina.

Pemutusan hubungan ini tak lepas dari prinsip-prinsip diplomatik dan kemanusiaan yang ditekankan oleh Kolombia. Sebagai negara yang selalu berjuang untuk perdamaian dan keadilan, Kolombia telah menunjukkan sikap tegasnya terhadap pelanggaran hak asasi manusia di berbagai belahan dunia.

Di sisi lain, pemutusan hubungan ini juga menandai kerugian yang mungkin akan dialami oleh kedua belah pihak. Kolombia dan Israel sebelumnya memiliki hubungan dagang yang signifikan, terutama dalam sektor pertahanan dan teknologi. Kesepakatan dagang dan kerja sama militer antara kedua negara tersebut telah berpotensi menjadi alat untuk kemajuan kedua belah pihak.

Namun demikian, Kolombia telah menegaskan bahwa hak asasi manusia dan kemanusiaan di atas segalanya. Pada akhirnya, pemutusan hubungan ini merupakan nyata perlawanan terhadap penindasan dan kekejaman yang sedang terjadi di Palestina dan menunjukkan kesungguhan Kolombia dalam melindungi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan di dunia internasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved