Kim Jong Un Bangun Unit AI Hacker: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber Global
Tanggal: 25 Mar 2025 14:54 wib.
Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara, telah mengambil langkah signifikan dalam penguatan kemampuan siber negara tersebut dengan memerintahkan pembentukan unit khusus yang berfokus pada riset dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Unit ini dirancang untuk mendukung aktivitas hacking yang meliputi pencurian data serta aset digital. Berdasarkan laporan dari Daily NK, unit ini berada di bawah biro mata-mata tentara Korea Utara yang dikenal dengan sebutan RGB dan diberi nama “Research Center 227”.
Menurut informasi yang diperoleh dari narasumber, pada akhir Februari lalu, Komandan Tertinggi Korea Utara mengeluarkan instruksi yang menugasi RGB di bawah Departemen Staf Jenderal untuk memperkuat kapabilitas perang informasi mereka di luar negeri.
Perintah tersebut juga mencakup pendirian Research Center 227 yang ditujukan khusus untuk riset teknologi peretasan. Langkah ini menandakan bahwa Korea Utara tengah melangkah lebih jauh dalam menembus sistem keamanan siber negara-negara barat, memperkuat kemampuan hacker dalam mencuri informasi berharga dan mengganggu jaringan komputer lawan.
Research Center 227 tidak hanya akan menggali informasi militer, tetapi juga berfokus pada pengembangan perangkat lunak dan teknologi peretasan yang lebih canggih. Salah satu tujuan utama dari pusat riset ini adalah untuk merancang teknologi yang bisa membantu dalam pencurian informasi melalui penggunaan kecerdasan buatan.
Misalnya, AI dapat digunakan untuk menganalisis pola perilaku pengguna atau mendeteksi celah dalam sistem keamanan yang mungkin tidak terlihat oleh mata manusia, sehingga memudahkan hacker untuk melakukan aksinya.
RGB juga memiliki rencana ambisius untuk merekrut sebanyak 90 ahli komputer yang akan ditugaskan di unit tersebut. Proses seleksi mereka akan mencakup lulusan terbaik dari berbagai universitas terkemuka, termasuk mereka yang telah menyelesaikan program doktoral di bidang teknologi informasi. Narasumber yang beroperasi di dalam Korut menyatakan, “Personel yang terpilih adalah individu-individu berbakat yang memiliki latar belakang di pengembangan perangkat lunak, sistem otomatisasi, serta keamanan informasi.”
Menghadapi tuntutan yang semakin tinggi dalam dunia siber, keahlian yang dimiliki oleh para ahli ini sangat krusial. Mereka tidak akan berfungsi sebagai pelaku hacking langsung, melainkan lebih sebagai pengembang perangkat lunak yang nanti akan digunakan oleh hacker yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa Research Center 227 tidak hanya fokus pada aksi hacking saat ini, tetapi juga berinvestasi untuk masa depan dengan menciptakan alat yang lebih kuat dan efektif.
Dari sudut pandang internasional, pengembangan ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi negara-negara yang menjadi sasaran potensial bagi aksi cyber Korea Utara. Dengan meningkatnya kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi AI, potensi untuk meretas sistem keamanan vital dan mencuri aset digital dapat menjadi ancaman nyata. Apalagi, dengan ketidakpastian politik dan militer di kawasan tersebut, meningkatnya aktivitas siber dari Korea Utara dapat memicu ketegangan lebih lanjut dengan negara-negara lain, khususnya AS dan sekutunya.
Selain itu, harus dicatat bahwa penggunaan kecerdasan buatan dalam dunia peretasan tidak hanya milik Korea Utara. Negara-negara lain juga mulai mengadopsi teknologi ini untuk memanfaatkan keunggulan dalam konflik siber. Hal ini menciptakan perlombaan senjata digital yang semakin kompleks, di mana negara-negara berusaha untuk menciptakan sistem keamanan yang lebih baik sekaligus mengembangkan kemampuan untuk menyerang.
Dalam konteks ini, koordinasi dan kerjasama internasional sangat diperlukan untuk menghadapi serangan siber yang kian canggih. Berbagai negara perlu berbagi informasi dan teknologi agar dapat melawan ancaman yang ada. Lebih dari itu, pendidikan dan pelatihan di bidang keamanan siber harus ditingkatkan guna menciptakan generasi baru yang mampu melawan berbagai ancaman di dunia digital yang semakin berkembang pesat.
Korea Utara memang menghadapi berbagai sanksi internasional yang menghambat perkembangan ekonominya; namun, tampaknya mereka tetap berkomitmen untuk berinvestasi dalam teknologi yang dapat memberikan mereka keunggulan dalam medan perang informasi. Hal ini menunjukkan bahwa negara tersebut tidak sepenuhnya terpengaruh oleh sanksi yang ada dan tetap berfokus pada bidang yang dapat memberikan kekuatan di masa depan.
Secara keseluruhan, langkah-langkah yang diambil Kim Jong Un dalam mengembangkan unit Research Center 227 menunjukkan ambisi besar Korea Utara untuk memperkuat posisi mereka di dunia siber. Dalam era informasi ini, kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan data dengan efektif menjadi faktor kunci dalam mendapatkan kekuasaan dan pengaruh di panggung global.