Khamenei Menanggapi Trump: Serangan AS ke Iran Tidak Sehebat yang Dikatakan
Tanggal: 30 Jun 2025 13:41 wib.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengungkapkan opininya mengenai pernyataan yang dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait serangan militer AS pada fasilitas nuklir Iran yang terjadi baru-baru ini. Menurut Khamenei, Trump telah melebih-lebihkan akibat dari serangan tersebut, mengklaim bahwa klaim tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Dalam pernyataannya yang disampaikan di platform X pada hari Minggu, 29 Juni, Khamenei menegaskan, “Presiden Amerika tidak hanya berusaha untuk menambah-nambah fakta, tetapi juga melakukannya dengan cara yang tidak biasa. Ini menunjukkan bahwa dia merasa perlu untuk membesar-besarkan isu ini.” Ia menambahkan, “Siapa pun yang mendengarkan pernyataan itu pasti menyadari bahwa di balik kata-kata tersebut ada kebenaran lain. Mereka tidak mampu bertindak efektif dan memilih untuk melebih-lebihkan peristiwa ini sebagai bentuk penutup dari kenyataan.”
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Trump menyatakan dengan percaya diri bahwa serangan yang diluncurkan oleh AS telah melumpuhkan kemampuan nuklir Iran secara signifikan. “Itu adalah periode 12 hari yang sangat intens — sangat, sangat intens,” ungkapnya, menggambarkan suasana konflik yang tengah berlangsung.
Konflik di kawasan Timur Tengah mulai meruncing pada 13 Juni, saat Israel melancarkan sebuah serangan udara yang menyasar berbagai fasilitas militer, nuklir, dan juga lokasi sipil di Iran. Akibat dari serangan tersebut, Kementerian Kesehatan Iran mencatat bahwa setidaknya 606 jiwa terenggut, dan lebih dari 5.332 orang mengalami luka-luka.
Sebagai respons, Amerika Serikat turut aktif menyerang sejumlah fasilitas nuklir Iran yang terletak di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Tindakan ini semakin memperburuk situasi dan memicu eskalasi konflik di wilayah tersebut. Iran tidak tinggal diam, melainkan melancarkan serangan balasan yang menggunakan rudal dan drone, yang dilaporkan menewaskan minimal 29 orang dan mengakibatkan lebih dari 3.400 orang lainnya terluka, menurut data dari sumber resmi Israel.
Akhirnya, setelah serangkaian insiden yang makin menegangkan, konflik ini berhasil dihentikan melalui perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi oleh Amerika Serikat. Kesepakatan tersebut mulai diterapkan pada 24 Juni, memberi harapan akan adanya ketenangan di kawasan yang telah lama dilanda ketegangan ini.