Ketegangan Memuncak di Los Angeles, Trump Kerahkan 2.000 Pasukan Garda Nasional
Tanggal: 10 Jun 2025 11:19 wib.
Kerusuhan yang melibatkan banyak orang meletus di Los Angeles, dipicu oleh protes terhadap tindakan penggerebekan imigrasi yang dilakukan oleh otoritas federal. Dalam responsnya, pemerintahan Presiden Donald Trump pada hari Sabtu memutuskan untuk mengerahkan 2.000 anggota Garda Nasional dengan tujuan meredakan ketegangan yang terus meningkat di wilayah tersebut.
Menurut laporan Reuters yang mengutip Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, Pentagon siap beroperasi dengan memobilisasi pasukan aktif jika situasi kekerasan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Hegseth bahkan mengungkapkan bahwa Marinir yang berada di Camp Pendleton sudah dalam keadaan siaga tinggi untuk menghadapi kemungkinan eskalasi.
Pada Sabtu, pasukan keamanan federal berhadapan dengan para demonstran di Paramount, sebuah area di tenggara Los Angeles, di mana sejumlah pengunjuk rasa terlihat mengibarkan bendera Meksiko sebagai simbol solidaritas. Sementara itu, di pusat kota Los Angeles di malam harinya, sekitar 60 orang terlibat dalam aksi yang meneriakkan slogan "ICE keluar dari L.A.!" sebagai bentuk penolakan terhadap tindakan penggerebekan.
Dalam sebuah memorandum presiden, Trump menekankan pentingnya pengerahan Garda Nasional untuk mengatasi apa yang disebutkan sebagai "tindakan ketidaktertiban yang dibiarkan terus meluas," sebagaimana dinyatakan dalam pernyataan resmi Gedung Putih. Tom Homan, koordinator kebijakan perbatasan Trump, mengonfirmasi bahwa pengerahan pasukan tersebut dilakukan di Los Angeles.
Gubernur California, Gavin Newsom, mengkritisi keputusan pengerahan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan provokatif. Dalam unggahannya di platform X, ia menyatakan bahwa langkah tersebut lebih merupakan ajang tontonan bagi Trump, yang tidak seharusnya terjadi jika ada kekurangan dalam penegakan hukum setempat.
Menanggapi situasi yang menyita perhatian banyak pihak, Newsom juga menyatakan bahwa ancaman untuk mengerahkan Marinir aktif terhadap warga yang sedang berprotes adalah tindakan yang tidak sepatutnya dan sangat mengkhawatirkan. Ia menyerukan kepada publik untuk tetap bersikap tenang dan menyuarakan pendapat secara damai tanpa terprovokasi.
Trump, melalui platform Truth Social, berkomentar bahwa jika Newsom dan Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, tidak dapat menjalankan tugas dengan baik, maka pemerintah federal akan intervening. Ia berjanji akan menangani "kerusuhan dan penjarahan" dengan serius.
Aksi protes ini mencerminkan pertarungan politik antara Los Angeles yang dikuasai Partai Demokrat dan Gedung Putih yang dipimpin oleh Partai Republik, yang semakin memperpahit ketegangan antara pemerintah negara bagian dan pemerintah pusat dalam konteks kebijakan imigrasi.
Wakil Presiden JD Vance menyebut para demonstran sebagai "pemberontak" yang menyerang petugas imigrasi sambil membawa bendera asing. Ia mengungkapkan bahwa beberapa pemimpin politik di Amerika Serikat melihat penegakan hukum di perbatasan sebagai suatu tindakan yang salah.
Penasihat senior Gedung Putih, Stephen Miller, menempatkan aksi protes itu dalam konteks "pemberontakan kekerasan." Namun, dua pejabat yang berbicara kepada Reuters mengatakan bahwa saat ini pemerintah belum menerapkan Undang-Undang Pemberontakan, yang memungkinkan presiden untuk mengerahkan militer dalam situasi chaos sipil.
Rekaman video yang merekam momen protes di Paramount menunjukkan puluhan orang berseragam hijau lengkap dengan masker gas, berbaris di jalan sementara barang-barang terbalik dan gas air mata menyebar di udara. Menurut saksi mata, beberapa demonstran mulai ditangkap, meskipun kepolisian Los Angeles belum memberikan angka pasti mengenai jumlah penangkapan yang terjadi.
“Warga kini menyadari bahwa mereka tidak akan tinggal diam saat ada pihak yang berusaha menculik pekerja kami,” ujar Ron Gochez, seorang pengunjuk rasa berusia 44 tahun. Ia menekankan pentingnya perlawanan terorganisir sebagai respons terhadap tindakan federal tersebut.
Gelombang protes pertama muncul pada Jumat malam setelah ICE melakukan operasi hukum yang berujung pada penangkapan setidaknya 44 orang karena dugaan pelanggaran imigrasi. Menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), sekitar 1.000 orang terlibat dalam kerusuhan pada hari tersebut, meski Reuters belum dapat memvalidasi informasi itu.
Angelica Salas, Direktur Eksekutif dari organisasi hak imigran Chirla, juga menyampaikan keprihatinannya atas sulitnya akses pengacara untuk menjangkau individu yang ditangkap pada Jumat, yang memunculkan berbagai kekhawatiran di kalangan aktivis hak asasi manusia.
Trump sendiri menjanjikan akan mendeporasi jumlah migran yang mencapai rekor tertinggi serta memperketat perbatasan AS-Meksiko, dengan menetapkan target penangkapan ICE sebanyak 3.000 migran setiap harinya.
Namun, kebijakan ambisius Trump ini telah menjaring banyak individu yang sebenarnya tinggal di AS secara sah, termasuk pemilik kartu hijau, yang berujung pada sejumlah gugatan hukum sebagai bentuk penolakan.
Sementara itu, respon dari ICE, DHS, dan Kepolisian Los Angeles terkait protes maupun kemungkinan penggerebekan baru pada Sabtu belum diterima oleh media. Meskipun demikian, tayangan berita menunjukkan kendaraan mirip militer dan van berisi agen berseragam federal berkeliaran di jalanan kota.
Salas dari Chirla melaporkan bahwa penggerebekan terjadi di sekitar toko Home Depot, pabrik garmen, serta lokasi yang sering dikunjungi oleh pekerja harian. Wali Kota Bass turut mengecam keras operasi tersebut, menyatakan, "Saya sangat marah atas apa yang terjadi. Taktik ini hanya menyebar teror dalam masyarakat dan merusak prinsip keamanan kota kami. Kami tidak akan tinggal diam."