Ketegangan Laut Cina Selatan Memanas, Kapal Perang Negara-Negara Besar Mulai Bermanuver!
Tanggal: 30 Mei 2025 19:49 wib.
Tampang.com | Laut Cina Selatan kembali menjadi titik panas dunia. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah kapal perang dari negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, Cina, dan sekutunya, terlihat melakukan manuver intensif di wilayah perairan yang disengketakan itu. Ketegangan pun meningkat, memicu kekhawatiran akan kemungkinan konfrontasi militer terbuka.
Unjuk Kekuatan Militer
Armada kapal perang Amerika Serikat dilaporkan menggelar latihan militer bersama sekutu seperti Jepang, Australia, dan Filipina. Di sisi lain, Angkatan Laut Cina juga meningkatkan patroli dengan mengerahkan kapal perusak dan kapal induk ke area yang diklaim sebagai “wilayah sah” mereka.
Kedua pihak saling menuding melakukan provokasi, sementara pertemuan antara kapal-kapal militer semakin sering terjadi dengan jarak yang mengkhawatirkan.
Titik Sengketa yang Strategis
Laut Cina Selatan adalah jalur pelayaran internasional vital yang dilalui triliunan dolar perdagangan setiap tahunnya. Selain itu, kawasan ini juga diyakini menyimpan cadangan energi yang besar—dari gas alam hingga minyak bumi.
Tak heran, banyak negara berebut pengaruh dan klaim wilayah di area ini, termasuk Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan, yang semuanya memiliki kepentingan tersendiri.
Peringatan dari Pakar Geopolitik
Analis militer dan geopolitik memperingatkan bahwa Laut Cina Selatan bisa menjadi pemicu konflik besar jika eskalasi tak terkendali. Dengan masing-masing pihak terus membangun kekuatan, kemungkinan salah perhitungan atau insiden kecil dapat meledak menjadi konfrontasi skala besar.
Beberapa menyebut situasi ini sebagai "perang urat saraf" modern, di mana strategi tekanan dan pamer kekuatan menjadi senjata utama.
ASEAN dan Diplomasi yang Tertahan
Negara-negara anggota ASEAN terus mendorong penyelesaian damai melalui dialog dan perundingan. Namun, sejauh ini, kemajuan diplomatik masih berjalan lambat. Banyak negara di kawasan merasa terjepit antara kepentingan Tiongkok yang agresif dan tekanan dari Barat untuk menyeimbangkan kekuatan.
Konsensus ASEAN pun sulit dicapai karena perbedaan kepentingan di antara anggotanya sendiri.
Ancaman Terhadap Stabilitas Regional
Meningkatnya aktivitas militer di Laut Cina Selatan berdampak langsung pada stabilitas kawasan Asia Tenggara. Pelaku ekonomi mulai resah, jalur pelayaran strategis menghadapi risiko gangguan, dan ketegangan diplomatik meningkat.
Jika konflik benar-benar pecah, bukan hanya negara besar yang terdampak, tetapi juga negara-negara kecil yang bergantung pada keamanan laut untuk perdagangan dan pasokan energi.