Ketegangan Korea: Retorika Perang Antar Korut dan Korsel-AS
Tanggal: 29 Jul 2024 10:18 wib.
Korea Utara (Korut) kembali menegaskan janji mereka untuk "menghancurkan sepenuhnya" musuh-musuhnya, Amerika Serikat dan Korea Selatan (Korsel), jika terjadi perang. Pernyataan ini disampaikan pada Upacara Peringatan Perang Korea pada Sabtu (27/7/2024) oleh pejabat militer senior Korut, Kolonel Ri Un Ryong dan Letnan Komandan Yu Kyong Song. Mereka menyoroti meningkatnya kebencian Korut terhadap AS dan Korsel, yang baru-baru ini mengadakan latihan militer. Retorika perang ini semakin menegangkan sem situasi di Semenanjung Korea.
Pyongyang, ibu kota Korut, menyatakan bahwa mereka bersumpah untuk "meningkatkan efisiensi perang guna melancarkan serangan dahsyat terhadap musuh kapan saja." Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa Korut siap untuk "menghancurkan mereka sepenuhnya" setelah mendapat perintah dari pimpinan tertinggi mereka, Kim Jong Un. Pernyataan ini dikutip oleh media negara Korut, Korean Central News Agency (KCNA), dan dilaporkan oleh beberapa media internasional, termasuk Guardian.
Hubungan antara Korut dan Korsel-AS sendiri telah menjadi sangat tegang. Korut menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan AS dan China pada 27 Juli 1953, yang seharusnya mengakhiri permusuhan dalam perang tiga tahun tersebut. Namun, kenyataannya perjanjian tersebut hanya mengakhiri pertempuran secara teknis, sehingga kedua belah pihak masih dalam kondisi perang.
Pada hari Minggu di Tokyo, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, Menteri Pertahanan Jepang, Minoru Kihara, dan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Shin Won Sik, melakukan pertemuan untuk menandatangani perjanjian tentang upaya kerja sama trilateral. Mereka berencana untuk berbagi data peringatan rudal Korut secara langsung dan melakukan latihan militer bersama.
Korut dan Korsel juga terlibat dalam kampanye psikologis bergaya Perang Dingin belakangan ini. Korea Selatan mengklaim bahwa Korut menerbangkan balon-balon besar yang membawa sampah melintasi perbatasan, sementara media Korsel melaporkan bahwa balon-balon tersebut berisi kantong kertas bekas dan kadang-kadang USB yang berisi film-film drama Korsel. Tindakan ini adalah bentuk balasan atas aksi aktivis Korsel yang meluncurkan selebaran politik dengan menggunakan balon mereka sendiri.
Selain itu, Tokyo juga memiliki rencana untuk mendirikan markas besar gabungan baru yang bertujuan untuk mengawasi angkatan bersenjatanya dan bekerja sama lebih baik dengan Washington dalam menghadapi ancaman regional yang berkembang dari China dan Korut.
Ketegangan di Semenanjung Korea semakin meningkat dan mengancam perdamaian regional. Ancaman perang, kampanye psikologis, pertemuan trilateral, dan langkah-langkah militer semakin menajamkan konflik antara Korut dan Korsel-AS. Semua pihak diharapkan untuk menjaga stabilitas dan menyelesaikan konflik ini dengan cara yang dapat mencegah terjadinya pertumpahan darah dan meningkatkan diplomasi untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.