Ketegangan di Perbatasan Lebanon-Israel Meningkat, Ancaman Perang Baru Arab
Tanggal: 28 Jun 2024 11:54 wib.
Tingginya intensitas baku tembak yang terjadi hampir setiap hari di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel utara memicu meningkatnya ancaman perang baru di wilayah tersebut. Para analis senior sudah mengantisipasi bahwa perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah dapat menjadi bencana bagi kawasan tersebut, termasuk Israel dan Lebanon.
Victor Tricaud, seorang analis senior di firma konsultan Control Risks, menggambarkan skenario perang yang paling ekstrem jika kedua pihak terus saling menyerang. Ia memperkirakan akan terjadi invasi darat skala besar dan kampanye pengeboman udara terhadap Lebanon oleh Israel. Selain itu, diperkirakan akan ada pengeboman besar-besaran oleh Hizbullah dengan serangan langsung reguler terhadap infrastruktur sipil Israel. Bahkan kemungkinan keterlibatan langsung Iran juga menjadi ancaman serius yang dapat memiliki implikasi besar bagi ekonomi global.
Namun, meskipun perkiraan tersebut memicu kekhawatiran akan kehancuran yang besar, para ahli juga mengakui bahwa situasi yang dijelaskan masih merupakan skenario yang relatif jauh. Masih banyak langkah eskalasi lain yang mungkin terjadi sebelum konfrontasi mencapai tingkat intensitas seperti itu.
Para pemimpin di kedua belah pihak juga menegaskan bahwa mereka tidak menginginkan perang habis-habisan. Serangan balasan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, meskipun kadang mematikan, secara umum masih dipandang sebagai sesuatu yang diperhitungkan dengan cermat untuk menghindari eskalasi besar.
Namun, hal yang perlu menjadi perhatian adalah kondisi infrastruktur di kedua belah pihak. Lebanon, yang kini tengah di tengah-tengah krisis ekonomi dan politik, sama sekali tidak siap untuk menghadapi perang baru. Serangan besar-besaran Israel ke negara tersebut akan menjadi bencana besar, khususnya di selatan Lebanon, yang menjadi benteng utama Hizbullah dan akan menimbulkan ancaman serius terhadap popularitas dan dukungan organisasi militan di sana.
Mengenai upaya pencegahan, ada langkah-langkah diplomasi yang tengah digulirkan oleh pihak internasional. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengirim salah satu pembantunya, Amos Hochstein, ke Israel dan Lebanon untuk mendorong solusi. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga menekankan bahwa diplomasi merupakan cara terbaik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Mereka tengah mencari kesepakatan diplomatik yang memulihkan ketenangan di perbatasan utara Israel dan memungkinkan warga sipil untuk kembali dengan aman ke rumah mereka di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon.
Dari data terakhir, dalam sembilan bulan terakhir, Hizbullah telah meluncurkan ribuan roket ke Israel sejak Israel memulai perangnya melawan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza pada tanggal 7 Oktober. Roket yang ditembakkan dari Lebanon telah menewaskan tentara dan warga sipil Israel, sementara penembakan dari Israel telah menewaskan puluhan pejuang Hizbullah dan warga sipil Lebanon.
Tingginya konflik ini telah mendorong evakuasi sekitar 150.000 penduduk Lebanon selatan dan Israel utara. Mereka tinggal mengungsi secara internal karena tembakan lintas perbatasan yang rutin.
Ancaman perang di perbatasan Lebanon-Israel bukanlah isu sepele. Dengan kondisi geopolitik yang kian kompleks serta ketegangan yang terus meningkat, solusi diplomasi menjadi opsi terbaik untuk mencegah bencana yang lebih besar. Diperlukan kerja sama internasional yang kuat untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut.