Kenapa Warga Korea Selatan Merayakan “Hari Orang Jomblo” Tiap 11 November?
Tanggal: 27 Jul 2025 22:20 wib.
Setiap tahun pada tanggal 11 November, warga Korea Selatan merayakan “Hari Orang Jomblo” atau yang dikenal dengan istilah “Pepero Day.” Perayaan ini mungkin terdengar unik, terutama bagi mereka yang tidak akrab dengan budaya Korea. Namun, penting untuk memahami penjelasan alasan di balik perayaan ini dan apa yang menyebabkan banyak orang di Korea Selatan semakin merayakannya.
Awalnya, Pepero Day muncul pada tahun 1990-an sebagai bagian dari kampanye pemasaran oleh Lotte, sebuah perusahaan makanan yang memproduksi Pepero, yakni makanan ringan berupa stik cokelat. Semakin luasnya popularitas Pepero membuat hari tersebut mendapatkan momentum sebagai kesempatan unik untuk merayakan cinta dan persahabatan. Namun, seiring berjalannya waktu, perayaan ini juga mulai mencakup makna yang lebih luas, khususnya bagi mereka yang masih lajang.
Salah satu penjelasan alasan masyarakat Korea Selatan merayakan Hari Orang Jomblo pada tanggal tersebut adalah karena angka “11” yang dianggap mewakili satu orang yang berdiri sendiri. Masyarakat Korea percaya bahwa angka 11, yang ditulis sebagai dua stiks berdampingan, melambangkan dua orang, namun ketika ditambahkan satu lagi, menjadi satu entitas yang terpisah. Oleh karena itu, hari itu diinterpretasikan dengan cara yang lebih spesifik oleh para jomblo sebagai kesempatan untuk merayakan kehidupan mereka yang belum memiliki pasangan.
Penyebabnya pun beragam. Dalam beberapa tahun terakhir, tren merayakan Pepero Day menjadi semakin populer di kalangan anak muda. Di satu sisi, perayaan ini menawarkan cara untuk mereka yang belum memiliki pasangan untuk merayakan keberadaan mereka dengan cara yang menyenangkan. Banyak yang memilih untuk membeli Pepero dan berbagi dengan teman-teman atau bahkan dengan diri mereka sendiri. Ini menjadi momen di mana mereka dapat menikmati snack favorit tanpa merasa tertekan karena tidak memiliki pasangan romantis.
Di sisi lain, media sosial juga berkontribusi terhadap meningkatnya popularitas Hari Orang Jomblo. Dengan berbagai platform sosial seperti Instagram dan Twitter, banyak orang mulai membagikan momen merayakan Pepero Day dengan tagar tertentu, yang kemudian menarik lebih banyak perhatian dan mengundang orang lain untuk ikut merayakan. Kegiatan ini kemudian berubah menjadi budaya di kalangan remaja dan anak muda, yang melihatnya sebagai kesempatan untuk menunjukkan solidaritas di antara mereka yang single.
Selain itu, hari ini juga menjadi ajang untuk mengingat bahwa status lajang bukanlah hal yang perlu disesali. Masyarakat, terutama anak muda, semakin menyadari pentingnya cinta diri dan merayakan kebebasan mereka dari hubungan yang mungkin mengikat. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk memperkuat persahabatan dan koneksi sosial, yang menunjukkan bahwa cinta tidak hanya terbatas pada hubungan romantis.
Hari Orang Jomblo menjadi semakin inklusif, tidak hanya terbatas pada mereka yang lajang, tetapi juga bagi para pasangan yang ingin merayakan dengan cara yang lucu. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pasangan yang juga merayakan dengan gulat stiks Pepero satu sama lain atau membagikan rangkaian Pepero kepada teman-teman mereka sebagai simbol cinta dan persahabatan. Hal ini menunjukkan bahwa perayaan ini telah lepas dari makna asalnya dan berkembang menjadi perayaan yang lebih luas.
Ketika merayakan Pepero Day, warga Korea Selatan tidak hanya merayakan kehidupan lajang mereka, tetapi juga hubungan sosial dan persahabatan yang mereka miliki. Inilah sebabnya mengapa setiap tahun, pada tanggal 11 November, festival kecil ini berhasil mengumpulkan banyak orang untuk bersenang-senang dan memperkuat hubungan antarsesama.