Kematian Pendaki Brazil Juliana Marins: Penyebabnya Bukan Keterlambatan Evakuasi

Tanggal: 30 Jun 2025 10:18 wib.
Kematian Juliana De Souza Pereira Marins, seorang pendaki muda berusia 27 tahun asal Brazil, telah mengundang perhatian luas di media sosial, terutama di kalangan warganet Brazil. Banyak yang menyalahkan Basarnas, tim pencarian dan penyelamatan Indonesia, atas keterlambatan mereka dalam mengevakuasi Juliana, yang jatuh saat mendaki Gunung Rinjani. Namun, hasil otopsi yang baru terungkap menunjukkan bahwa kematian Juliana bukan disebabkan oleh keterlambatan evakuasi, melainkan akibat benturan keras yang dialaminya.

Dokter Spesialis Forensik dari Rumah Sakit Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, mengonfirmasi hal ini kepada wartawan pada Jumat (27/6). Ia menjelaskan bahwa benturan yang dialami Juliana menyebabkan pendarahan serius di rongga dadanya. Berdasarkan hasil otopsi, Juliana kehilangan nyawanya dalam waktu yang sangat cepat, yaitu hanya dalam hitungan menit setelah terjatuh ke jurang sekitar pukul 04.00 WITA pada hari Sabtu, 21 Juni.

“Perkiraan kami adalah, paling lama 20 menit setelah jatuh, dia sudah meninggal,” ungkap Putu Alit. Ia menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Juliana sempat bertahan hidup dalam waktu lama setelah jatuh ke jurang yang dalamnya mencapai 600 meter. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa kematian terjadi dalam waktu singkat, bukan karena lambatnya proses evakuasi yang dilakukan.

Hasil otopsi ini juga mematahkan anggapan yang beredar di masyarakat bahwa kematian Juliana disebabkan oleh keterlambatan dalam evakuasi. Sebelum jatuh, Juliana dan rombongannya memulai pendakian di Gunung Rinjani sejak Jumat (20/6). Dalam kelompoknya terdapat lima pendaki dari berbagai negara. Setelah insiden terjadi di tengah pendakian, informasi mengenai kecelakaan tersebut baru diterima oleh Basarnas pada pukul 09.30 WITA, yang disampaikan oleh seorang warga bernama Mustiadi.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menjelaskan bahwa Juliana jatuh saat mempersiapkan diri untuk mencapai puncak Gunung Rinjani. Insiden itu terjadi saat kelompok pendaki menuju summit, dan diduga awalnya Juliana jatuh ke jurang yang lebih dangkal, yaitu sekitar 150-200 meter. Namun, setelah penyelidikan lebih lanjut, Tim SAR menemukan bahwa posisi Juliana berada di jurang yang lebih dalam, mencapai 600 meter.

Operasi pencarian dan penyelamatan telah dilakukan dengan serius sejak Basarnas mendapatkan informasi dari warga setempat. Tim SAR bekerja tanpa henti selama lima hari, berusaha menemukan Juliana di tengah medan yang sulit dan berbahaya. Pengalaman tragis ini menjadi salah satu pengingat pentingnya keselamatan dalam kegiatan pendakian, terutama di jalur yang berisiko tinggi seperti di Gunung Rinjani.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved