Sumber foto: google

Kelaparan Parah Akibat Konflik, Warga Sudan Terpaksa Makan Rumput dan Kulit Kacang

Tanggal: 4 Mei 2024 22:50 wib.
Badan Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) melaporkan bahwa warga di Darfur, bagian barat Sudan, terpaksa mengonsumsi rumput dan kulit kacang untuk bertahan hidup akibat perang yang sedang berkecamuk. Konflik berskala besar ini membuat mereka kelaparan dan terpaksa memakan apapun yang mereka bisa dapatkan.

Direktur WFP untuk Afrika Timur, Michael Dunford, mengungkapkan bahwa situasi tersebut sangat memprihatinkan. "Masyarakat [Darfur] terpaksa mengonsumsi rumput dan kulit kacang tanah," ujarnya seperti dilansir oleh CNN pada Jumat (3/5).

Dunford juga menjelaskan bahwa jika bantuan tidak kunjung datang, maka bencana kelaparan yang berujung pada kematian bisa meluas ke wilayah lain yang terkena dampak konflik di Sudan. Pengiriman bantuan pangan di Darfur terus terputus akibat pertikaian dan hambatan birokrasi yang tak kunjung selesai. Untuk saat ini, setidaknya 1,7 juta orang di wilayah tersebut mengalami kelaparan tingkat darurat.

BBC melaporkan bahwa eskalasi kekerasan terbaru di sekitar kota El Fasher telah menghentikan konvoi bantuan yang datang dari perbatasan Tine di Chad. Sementara itu, pembatasan yang diberlakukan oleh pihak berwenang di kota pesisir Port Sudan juga telah menghambat pengiriman bantuan.

Sudan dilanda perang saudara sejak April 2023. Konflik ini berlangsung dengan brutal, ditandai dengan beberapa laporan kekerasan seksual dan genosida yang telah memicu eksodus pengungsi. Peningkatan kekerasan terbaru terjadi saat Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengepung ibu kota Darfur Utara, El Fasher, di mana terjadi pembunuhan sewenang-wenang, pembakaran desa, hingga pemboman udara.

Wakil Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Sudan, Toby Hayward, menyatakan bahwa El Fasher merupakan satu-satunya kota di Darfur yang saat itu belum direbut oleh RSF. Kota ini juga menampung ribuan orang yang mengungsi akibat perang. Akan tetapi, lebih dari 36 ribu orang terpaksa meninggalkan rumahnya di El Fasher dalam beberapa pekan terakhir. Setidaknya 43 orang dilaporkan tewas di El Fasher sejak meningkatnya tensi konflik dua pekan lalu.

Situasi kemanusiaan di Darfur semakin memprihatinkan, di mana warga terpaksa mengonsumsi makanan yang biasanya tidak terpikirkan sebagai sumber nutrisi. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya bantuan kemanusiaan yang harus segera diterima oleh mereka yang membutuhkan. Selain itu, pembatasan dan hambatan terhadap pengiriman bantuan perlu segera diatasi agar bantuan bisa sampai tepat waktu ke wilayah yang membutuhkan.

Menyadari pentingnya situasi ini, komunitas internasional perlu mengambil tindakan konkret untuk membantu masyarakat Darfur dalam menghadapi krisis ini. Bantuan kemanusiaan tidak hanya berdampak pada penyelamatan nyawa, tetapi juga dapat memberikan harapan bagi masa depan yang lebih baik bagi mereka yang terdampak konflik di Sudan.

Dibutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, baik pemerintah Sudan, LSM kemanusiaan, maupun negara-negara lain, untuk memberikan solusi yang berkelanjutan dalam mengatasi kelaparan di Darfur. Selain itu, perlindungan terhadap warga sipil juga sangat penting agar tragedi kemanusiaan semacam ini tidak terulang di masa depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved