Kekeringan di Afrika Selatan: Ancaman Kelaparan Jutaan Warga & Pembantaian Hewan Liar
Tanggal: 24 Sep 2024 11:12 wib.
Musim kemarau yang berkepanjangan di Afrika Selatan sepanjang tahun 2024 telah mengakibatkan kerusakan pada tanaman pangan dan mengancam ketersediaan pangan bagi jutaan penduduk. Kondisi kekeringan ini sebagian besar disebabkan oleh fenomena El Niño yang sedang berlangsung, mengubah pola curah hujan selama musim tanam. Menurut Climate Hazards Center (CHC) di University of California, Santa Barbara, sebagian besar wilayah Afrika Selatan menerima setengah atau kurang dari curah hujan biasanya dari akhir Januari hingga pertengahan Maret.
Dampak kekeringan yang disebabkan oleh El Nino telah menghancurkan tanaman pangan di sebagian negara Afrika bagian selatan, memengaruhi 68 juta orang dan menimbulkan kekurangan pangan di wilayah tersebut. Zimbabwe dan Namibia telah mengumumkan rencana untuk membantai ratusan gajah liar dan hewan lainnya guna memberi makan penduduk yang terdampak kelaparan akibat kondisi kekeringan parah.
Zimbabwe telah mengizinkan pembunuhan 200 gajah, sedangkan di Namibia, lebih dari 700 hewan liar termasuk 83 gajah, telah dimusnahkan sebagai bagian dari program yang diumumkan tiga minggu lalu. Menurut Reuters, Tinashe Farawo, juru bicara Otoritas Pengelolaan Taman Nasional dan Satwa Liar Zimbabwe, mengatakan bahwa izin berburu gajah akan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan, serta sebagian dari gajah-gajah tersebut akan dibunuh oleh lembaga tersebut.
Lebih lanjut, Farawo menyebutkan bahwa populasi gajah di Zimbabwe menjadi tidak berkelanjutan, terutama di daerah seperti Taman Nasional Hwange di wilayah barat negara yang gersang. Kehadiran manusia bersaing dengan hewan liar untuk mendapatkan makanan dan air semakin ketat akibat meningkatnya suhu dan menjadi langka sumber daya. Diperkirakan lebih dari 100 gajah mati karena kekeringan pada bulan Desember, dan lebih banyak hewan diperkirakan akan mati karena kehausan dan kelaparan di masa mendatang.
Menteri Lingkungan Hidup Zimbabwe, Sithembiso Nyoni, telah memberikan persetujuan untuk program pemusnahan gajah dengan alasan bahwa Zimbabwe memiliki lebih banyak gajah daripada yang diperlukan, serta lebih banyak gajah daripada yang dapat ditampung oleh kehutanan negara. Pemerintah juga sedang mempersiapkan program serupa dengan Namibia untuk memusnahkan gajah dan mendistribusikan dagingnya kepada masyarakat yang membutuhkan protein.
Di sisi lain, pemerintah Namibia pada bulan lalu menyetujui pemusnahan 723 hewan, termasuk 83 gajah, sebagai upaya untuk mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar. Kondisi kekeringan yang parah meningkatkan potensi konflik tersebut karena sumber daya alam semakin langka. Zimbabwe bahkan kehilangan nyawa manusia akibat serangan gajah pada tahun sebelumnya.
Selain itu, Namibia telah berupaya melobi Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES) PBB untuk membuka kembali perdagangan gading dan gajah hidup. Upaya ini sebagai bagian dari usaha konservasi dan peningkatan populasi gajah di negara tersebut.
Kekeringan yang berlangsung di wilayah Afrika bagian selatan memunculkan tantangan serius dalam hal ketersediaan pangan dan keberlangsungan lingkungan hidup. Upaya-upaya seperti pemusnahan hewan liar dapat mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam, namun dampak jangka panjang terhadap ekosistem dan keseimbangan alam perlu diperhatikan secara serius. Selain itu, solusi jangka panjang seperti program konservasi dan pengelolaan sumber daya alam perlu ditingkatkan untuk mengatasi kondisi yang semakin memburuk ini.