Kekecewaan Warga Yerusalem Timur Di Hari Raya Idul Adha
Tanggal: 29 Jun 2024 19:29 wib.
Hari raya Idul Adha bagi rakyat Palestina di Yerusalem Timur kali ini terasa berbeda dari biasanya. Agresi yang tak henti-hentinya dilakukan oleh Israel terus menerpa saudara-saudara mereka di Jalur Gaza. Hal ini telah meredupkan semangat dan kegiatan ekonomi masyarakat Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat dalam menyambut hari raya Islam untuk memperingati pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim.
Suasana yang muram dan tekanan ekonomi yang tak ada tanda berakhir telah mempengaruhi kegiatan di pasar-pasar Yerusalem Timur, membuatnya terasa lesu. Salah satu contohnya terlihat dalam perniagaan hewan kurban di Abu Dis, sebuah kota yang meskipun berbatasan langsung dengan Yerusalem Timur, namun terpisah karena adanya tembok pembatas Israel. Tembok pemisah tersebut mengungkung warga Palestina di sana, di mana seperempat dari 450 ribu lebih warga Palestina di Yerusalem Timur tak bisa leluasa bergerak ke kawasan lain karena dibatasi oleh tembok pembatas yang dibangun Israel pada 2003.
Kawasan pemukiman padat penduduk seperti Abu Dis merupakan satu dari sejumlah daerah yang terputus dengan Yerusalem. Warga Palestina yang tinggal di sana mau tak mau harus melewati pos pemeriksaan Israel setiap kali mereka hendak bekerja atau bersekolah. Hal ini membuat perjalanan memakan waktu yang lebih lama dari yang seharusnya.
Tembok pemisah tersebut juga merintangi hampir 3 juta warga Palestina di Tepi Barat dari bepergian ke Yerusalem Timur, menjadikan isolasi Yerusalem Timur dari kawasan Palestina di Tepi Barat semakin terasa dalam hari-hari raya seperti Idul Adha. Bahkan, melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsa, meski tampak di pelupuk mata, hanya menjadi angan belaka bagi jutaan rakyat Palestina.
Dampak tembok pemisah ini juga terlihat dari laporan PBB yang menyebutkan bahwa tembok tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 194 juta dolar AS (Rp3,18 triliun) bagi Palestina setiap tahunnya. Hal ini juga mengakibatkan perjalanan menjadi lebih sulit dan memakan waktu lebih lama. Apabila tak ada halangan, bepergian dari pusat kota Yerusalem Timur ke Abu Dis yang berjarak hanya beberapa kilometer seharusnya cukup memerlukan waktu beberapa menit, namun saat ini warga Palestina harus mengambil jalan memutar dan melintasi pos pemeriksaan Israel maupun pemukiman Israel yang didirikan secara ilegal di Tepi Barat. Hal ini membuat perjalanan memakan waktu hingga satu jam, yang semestinya hanya beberapa menit.
Ghazi Jawhar, kepala Asosiasi Hewan Ternak Abu Dis, memberikan insight bahwa agresi yang dilakukan oleh Israel membuat tantangan yang dihadapi masyarakat di Tepi Barat semakin berat. Hal ini terlihat pada harga gabah yang naik karena perang di Ukraina, serta agresi di Gaza yang semakin berdampak buruk bagi hewan ternak kecil. Perang telah membuat lebih dari 300.000 warga Palestina yang bekerja di Israel tak bisa melanjutkan pekerjaan mereka selama delapan bulan terakhir.
Situasi ini juga berdampak pada Pejabat Otoritas Palestina (PA) yang tidak menerima gaji secara penuh akibat tindakan Israel. Dampak ekonomi agresi Israel ke Jalur Gaza juga membuat pedagang hewan ternak kesulitan mengatur harga dan mengakibatkan penurunan permintaan hewan ternak.
Mohammad Abo Helal, seorang peternak di Abu Dis, mengatakan bahwa terkait Idul Adha kali ini, permintaan hewan ternak menurun karena harga yang terus naik. Hal ini dipengaruhi oleh pendudukan Israel di Tepi Barat dan agresi Israel di Jalur Gaza yang amat berdampak pada dirinya dan masyarakat setempat. Ia menyoroti bahwa pendudukan Israel di Tepi Barat telah membuatnya kesulitan mempertahankan peternakannya.
Suleiman Mosa, peternak lain di daerah tersebut, juga menyatakan keluhannya terkait penurunan jumlah hewan ternak yang dipeliharanya akibat tekanan ekonomi dari pendudukan Israel. Dirinya dan saudaranya hanya bisa memelihara beberapa ekor saja karena kondisi ekonomi yang sulit.