Kekayaan Mark Zuckerberg Terjun Rp357 Triliun, Turun ke Posisi 4 Orang Terkaya di Dunia
Tanggal: 6 Mei 2024 15:59 wib.
Mark Zuckerberg, CEO Meta, mengalami penurunan kekayaan bersihnya sebesar lebih dari US$22 miliar atau sekitar Rp357,3 triliun pada Kamis (25/4/2024) karena penurunan harga saham induk Facebook.
Pelemahan saham Meta terjadi setelah laporan pendapatan kuartal pertama perusahaan tersebut melampaui ekspektasi, namun juga memproyeksikan pertumbuhan yang lebih lambat.
Pada Kamis (25/4/2024), saham Meta merosot lebih dari 13% menjadi US$426,47 per lembar, mengakibatkan kekayaan bersih Zuckerberg turun menjadi US$151 miliar, atau turun sebesar US$22,1 miliar dalam satu hari.
Penurunan drastis ini terjadi menyusul laporan pendapatan kuartal pertama Meta yang mengecewakan, di mana perusahaan memproyeksikan penjualan kuartal kedua lebih rendah dari perkiraan. Selain itu, Meta juga memperkirakan adanya biaya besar di divisi kecerdasan buatannya tanpa kejelasan menuju laba operasional.
Dampak dari penurunan kekayaan bersih ini adalah membuat Mark Zuckerberg kembali ke peringkat sebelumnya, yaitu di posisi ke-4 orang terkaya di dunia, di belakang Bernard Arnault dari LVMH, Jeff Bezos dari Amazon, dan Elon Musk dari Tesla.
Tak hanya Zuckerberg, kekayaan bersih salah satu pendiri Facebook, Dustin Moskovitz, juga turun sebesar US$2 miliar atau 11,63%. Moskovitz kini menempati posisi ke-103 dalam daftar miliarder Forbes, dengan perkiraan kekayaan bersih sebesar US$15,8 miliar.
Berdasarkan laporan kuartal pertamanya, Meta mencatatkan penjualan sebesar US$36,46 miliar, melebihi perkiraan analis di US$36,14 miliar dan naik 27% dari tahun sebelumnya.
Laporan pendapatan tersebut juga memperinci penekanan Meta dalam pengembangan kemampuan AI-nya, terutama setelah meluncurkan Llama 3, chatbot AI yang bisa berdiri sendiri.
Meskipun Meta memiliki rencana pengeluaran besar untuk AI, perusahaan ini pada dasarnya masih bergantung pada periklanan, di mana iklan menyumbang 99% dari keseluruhan pendapatannya.
Rencana investasi besar-besaran pada teknologi, ditambah dengan antisipasi pertumbuhan yang lebih lambat pada kuartal kedua, tampaknya membuat investor khawatir dan mengakibatkan anjloknya harga saham. Penurunan kekayaan bersih Mark Zuckerberg dan Dustin Moskovitz menjadi bukti dari ketidakpastian pasar terhadap Meta dan perusahaan teknologi sejenisnya.