Kebakaran Hutan Dahsyat di Korea Selatan, 26 Orang Tewas dan Situs Warisan Dunia Terancam
Tanggal: 30 Mar 2025 13:46 wib.
Tampang.com | Kebakaran hutan besar yang melanda Korea Selatan sejak akhir pekan lalu telah menewaskan sedikitnya 26 orang dan memaksa puluhan ribu warga mengungsi. Hingga Rabu (26/3/2025), api masih terus berkobar dan mengancam dua situs warisan dunia UNESCO.
Kebakaran Terparah dalam Dua Dekade
Wilayah tenggara Korea Selatan menjadi lokasi yang paling terdampak, dengan total lahan terbakar mencapai 17.398 hektar. Dari jumlah tersebut, 87 persen kerusakan terjadi di Uiseong.
Insiden ini tercatat sebagai kebakaran hutan terbesar kedua dalam sejarah Korea Selatan, setelah peristiwa pada April 2000 yang menghancurkan lebih dari 23.000 hektar lahan di pesisir timur.
Korban Jiwa dan Dampak Kehancuran
Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri Korea Selatan, korban tewas mayoritas adalah warga sipil, sementara tiga petugas pemadam kebakaran juga kehilangan nyawa, termasuk seorang pilot helikopter yang gugur saat bertugas.
Selain menelan korban jiwa, kebakaran ini juga menyebabkan:
27.000 warga mengungsi secara darurat
Hancurnya sebuah kuil kuno
Rusaknya infrastruktur serta jaringan komunikasi
Akses jalan yang terputus akibat kobaran api
Upaya pemadaman sempat dilakukan menggunakan helikopter, namun operasi udara dihentikan setelah satu helikopter jatuh, menewaskan pilotnya.
Situs Warisan Dunia dalam Bahaya
Dua situs warisan dunia UNESCO, yakni Desa Hahoe dan Byeongsan Seowon, kini berada dalam kondisi terancam.
Pemerintah menyebutkan bahwa api hanya berjarak lima kilometer dari Desa Hahoe, yang terkenal dengan rumah-rumah beratap jerami serta nilai sejarahnya yang tinggi. Asap tebal telah menyelimuti desa tersebut, sementara petugas berjuang menyemprotkan air dan bahan kimia untuk melindungi area bersejarah ini.
Kondisi Cuaca Memperparah Situasi
Fenomena cuaca ekstrem menjadi faktor utama dalam kebakaran ini. Tahun lalu tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah Korea Selatan, dengan suhu rata-rata 14,5 derajat Celsius—dua derajat lebih tinggi dari rata-rata tiga dekade sebelumnya.
Wilayah terdampak mengalami kekeringan parah, dengan curah hujan jauh di bawah normal. Jumlah kebakaran yang terjadi sepanjang tahun ini juga lebih dari dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Beberapa ilmuwan mengaitkan peningkatan kebakaran hutan ini dengan perubahan iklim, yang memperburuk gelombang panas, kekeringan, serta kondisi ekstrem lainnya.
Pemerintah Sebut Ini Bencana Nasional
Penjabat Presiden Korea Selatan, Han Duck-soo, menyebut kebakaran ini sebagai bencana nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kebakaran hutan yang terus menyala selama lima hari berturut-turut telah menyebabkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Han.
Pemerintah kini berusaha mencari solusi jangka panjang untuk menangani kebakaran hutan yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim dan faktor lingkungan lainnya.