Ke Mana Tentara Lebanon, Mengapa Tak Bantu Perang Hizbullah vs Israel?
Tanggal: 26 Sep 2024 19:35 wib.
Konflik antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah di Lebanon telah menimbulkan pertanyaan tentang keberadaan tentara Lebanon yang tak kunjung memberikan bantuan pada Hizbullah dalam menghadapi serangan Israel. Ketiadaan campur tangan tentara Lebanon dalam krisis ini menimbulkan pertanyaan tentang kapasitas lembaga negara untuk menghadapi konflik besar. Pertanyaan pun muncul, di mana letak tentara Lebanon dan mengapa tidak bergerak membantu Hizbullah dalam menghadapi serangan Israel?
Kondisi tersebut ternyata lebih rumit daripada yang banyak orang kira. Sebagaimana disampaikan oleh jenderal tentara Lebanon yang sedang cuti dan profesor geopolitik di St Joseph University of Beirut, Khalil Helou, peran tentara Lebanon di Lebanon tidak hanya sebatas fungsi klasik seperti pada tentara Barat. Tentara Lebanon tunduk pada instruksi pemerintah Lebanon, sehingga segala keputusan yang diambil oleh tentara harus mempertimbangkan situasi ekstrem yang menghadang, terutama dalam konteks hubungan antara Hizbullah dan tentara Lebanon.
Pemerintah Lebanon, yang memiliki banyak masalah penting dalam kepemimpinannya, harus mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan dalam konteks konflik ini. Misalnya, tentara Israel yang dapat mengubah serangan udara menjadi operasi darat seperti yang terjadi pada tahun 2006, atau potensi eskalasi kekerasan dari Lebanon selatan dan Lembah Bekka ke seluruh negeri yang bisa membahayakan seluruh Timur Tengah.
Lebanon Selatan dan Lembah Bekka, di mana pertempuran terjadi, sebenarnya seharusnya berada di bawah naungan hukum Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701 sesuai perjanjian damai di 2006. Resolusi ini menetapkan pembentukan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, yang memberikan peran aktif kepada tentara reguler Lebanon dan menyerukan kepada Pemerintah Lebanon dan UNIFIL untuk bekerjasama dalam mempertahankan perdamaian di wilayah tersebut. Namun, hingga kini pelaksanaannya masih menimbulkan dilema bagi tentara Lebanon.
Hal ini terkait dengan kepemilikan senjata dan keterlibatan Hizbullah dalam konflik tersebut. Menjalankan instruksi PBB akan berarti tentara Lebanon harus menghadapi tentara Israel sekaligus melucuti senjata Hizbullah dengan paksa, suatu tindakan yang berpotensi memicu perang saudara di negara itu.
Hizbullah sendiri adalah kekuatan politik Lebanon yang sah dan konstitusional, yang sebagian besar terdiri dari Muslim Syiah Lebanon. Angkatan bersenjatanya beroperasi secara independen dan asing bagi struktur komando tentara Lebanon. Maka dari itu, menentang Hizbullah akan diartikan sebagai perang saudara di antara masyarakat Lebanon. Hal ini menunjukkan kompleksitas yang dihadapi oleh tentara Lebanon dalam mengambil keputusan terkait konflik antara Hizbullah dan Israel.