Sumber foto: google

Kamal Ismail, Arsitek yang Menolak Dibayar Usai Memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Tanggal: 18 Jun 2024 09:33 wib.
Mohamed Kamal Ismail adalah orang di balik salah satu perluasan besar dua masjid utama di Arab Saudi. Arsitek asal Mesir yang lahir pada 1908 ini dipilih oleh mendiang Raja Fahd dari Arab Saudi untuk mengawasi perluasan Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Pada saat itu, perluasan Masjidil Haram disebut-sebut sebagai perluasan terbesar dalam 14 abad.

Sebagai seorang arsitek yang sudah memiliki reputasi yang kuat, Ismail bersikeras bahwa proyek tersebut termasuk dalam bentuk waqaf, atau sumbangan amal. Hal ini berarti bahwa proyek perluasan masjid-masjid suci tersebut didanai oleh para dermawan dan merupakan amal jariyah, atau amal yang terus memberi manfaat bagi umat Islam. Dengan keputusan itu, Ismail menyatakan bahwa ia akan menolak menerima bayaran atas pekerjaannya, meskipun sudah menghabiskan waktu dan tenaga selama bertahun-tahun untuk proyek tersebut.

Akan tetapi, Ismail menolak dibayar untuk pekerjaannya walau didesak Raja Fahd dan perusahaan Bin Laden. Dia mengatakan mengapa saya harus mengambil uang untuk pekerjaan di tempat paling suci di dunia?."Bagaimana saya bisa menghadap Allah di Hari Penghakiman?," katanya. Masjidil Haram adalah tempat paling suci dalam Islam. Bangunan itu telah mengalami beberapa tahap perluasan sepanjang sejarahnya untuk menampung jemaah yang menunaikan ibadah haji dan umrah.

Tindakan Ismail menuai pujian dari berbagai kalangan di dunia muslim. Dengan keputusannya untuk menolak bayaran, ia menunjukkan bahwa integritas dan kesucian niat dalam bekerja lebih penting daripada materi. Hal ini membuatnya dianggap sebagai sosok yang patut dijadikan teladan, terutama dalam dunia profesional dan bisnis.

Proyek perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi merupakan proyek yang sangat penting karena kedua masjid tersebut merupakan tempat ibadah yang paling suci bagi umat Islam. Perluasan ini dilakukan untuk memberikan akses yang lebih baik bagi jutaan jamaah yang datang setiap tahunnya. Dengan jumlah yang terus meningkat, perluasan ini tidak hanya menjadi proyek arsitektur, tetapi juga proyek spiritual yang memenuhi kebutuhan umat Islam di seluruh dunia.

Setelah mengalami perluasan pada masa kekuasaan Raja Fahd, luas masjid ini menjadi sekitar 356.800 meter persegi sehingga dapat menampung hingga 820.000 jemaah pada hari biasa dan lebih dari satu juta jemaah pada musim haji serta bulan suci Ramadan.

Keputusan Kamal Ismail untuk menolak pembayaran juga diyakini sebagai wujud dari cinta dan kesetiaannya terhadap agama Islam. Ia menganggap bahwa kesempatan untuk berkontribusi pada proyek tersebut adalah merupakan anugerah yang tak ternilai. Dengan memberikan jasanya tanpa menuntut bayaran, Ismail menegaskan bahwa inilah bentuk pengabdiannya kepada Tuhan dan panggilan sejati sebagai seorang arsitek.

Namun, di balik pujian dan penghargaan yang diterimanya, Ismail mengaku bahwa keputusan tersebut bukanlah hal yang mudah. Ia menghadapi berbagai tekanan dan tantangan, baik dari pihak pemberi dana maupun pihak terkait proyek. Namun, keberanian dan kekonsistensian Kamal Ismail dalam menolak pembayaran atas karyanya ini telah mengilhami banyak orang dan meneguhkan keyakinan bahwa integritas dan kesucian niat adalah pondasi utama dalam berkarir, apapun bidangnya.

Walaupun terkadang keputusan tersebut dianggap kontroversial dan tidak masuk akal di dunia bisnis, kisah Kamal Ismail tetap menjadi inspirasi bagi banyak generasi, terutama di dunia arsitektur dan profesi lainnya. Ia membuktikan bahwa nilai-nilai integritas, keikhlasan, dan kesetiaan terhadap panggilan sejati dapat mengubah paradigma dalam dunia profesional dan bisnis. Dengan perjalanan hidupnya, Kamal Ismail telah meraih keberhasilan tidak hanya dari segi profesionalitas, tetapi juga dari segi spiritualitasnya. Keputusannya untuk menolak bayaran atas pekerjaannya menjadi tonggak penting yang menginspirasi banyak orang untuk berani tampil beda dan berintegritas dalam segala aspek kehidupan.

Dengan sikap integritasnya, Kamal Ismail telah membuktikan bahwa kesuksesan yang sejati tidak hanya ditentukan oleh materi, tetapi juga oleh nilai-nilai keteguhan, keberanian, dan kesetiaan terhadap prinsip-prinsip yang mulia.

Dengan penolakan itu, Kamal Ismail telah menorehkan sejarah baru dalam dunia arsitektur, menunjukkan bahwa keberhasilan sejati tidak hanya terukur dari segi materi, tetapi juga dari segi keikhlasan dan keberanian untuk mengikuti panggilan jiwa. Semoga sikap integritasnya dapat menginspirasi banyak orang dalam menjalani profesi dan kehidupan sehari-hari.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved