Sumber foto: iStock

Jepang Terancam 'Kiamat' Beras, Kok Bisa?

Tanggal: 9 Sep 2024 05:48 wib.
Jepang sedang mengalami kekurangan beras yang disebabkan oleh lonjakan konsumsi domestik dan gelombang turis. Menurut surat kabar Jepang, Nikkei, peningkatan permintaan tersebut telah menyebabkan kenaikan harga, pembatasan pembelian di toko-toko, dan perlombaan untuk mendapatkan alternatif beras.

Peningkatan permintaan yang tiba-tiba ini terjadi setelah konsumsi beras menurun selama bertahun-tahun. Menurut Nikkei, permintaan beras di negara tersebut telah menurun sekitar 100.000 ton per tahun sejak tahun 2014, kemungkinan disebabkan oleh menurunnya populasi Jepang.

Namun, sejak awal tahun 2024, permintaan beras telah meningkat untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir. Nikkei melaporkan bahwa kenaikan permintaan beras ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk rekor jumlah turis dan meningkatnya permintaan domestik di tengah kenaikan harga bahan makanan lainnya.

Le Monde melaporkan pada bulan Agustus bahwa beberapa jaringan supermarket telah membatasi penjualan beras menjadi satu paket per keluarga. Sementara itu, para penjual online sedang berjuang untuk memenuhi lonjakan permintaan.

Kementerian Pertanian memperkirakan bahwa para turis menyumbang permintaan sekitar 51.000 ton konsumsi beras selama periode ini, dengan asumsi rata-rata dua kali makan nasi per hari. Meningkatnya permintaan ini bertabrakan dengan kondisi cuaca buruk yang menyebabkan panen yang lebih kecil. Menurut Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, persediaan beras di sektor swasta turun ke level terendah sejak 1999 di bulan Juni.

"Topan kuat, Shanshan, makin mengancam pertanian padi di Kyushu, di mana tingkat kewaspadaan tertinggi telah dikeluarkan untuk angin dan badai," tulisnya.

Disisi lain, konsumen di Jepang mulai beralih ke alternatif yang lebih terjangkau, seperti beras Calrose dari California, yang diklaim memiliki cita rasa yang mirip dengan beras Jepang dan harganya lebih murah. Sehingga, beras Calrose mengalami peningkatan penjualan yang signifikan.

Nippon Brice, penjual beras, melaporkan kepada Japan Times bahwa penjualan beras Calrose telah meningkat sepuluh kali lipat dari tahun sebelumnya. Toko-toko ritel lain di Tokyo juga mulai menjual Calrose, karena tingginya permintaan karena harganya yang terjangkau.

Menteri Pertanian Jepang, Tetsushi Sakamoto, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa situasi kekurangan beras ini akan segera teratasi. Kementerian mengadakan pertemuan dengan para petani dan mereka sepakat bahwa jika harga tetap tinggi, permintaan akan segera turun.

Meskipun demikian, kekurangan beras di Jepang tetap menjadi perhatian serius. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, petani, dan pengusaha untuk mencari solusi jangka panjang agar pasokan beras tetap stabil di masa depan. Selain itu, peduli terhadap kondisi cuaca dan faktor-faktor alam yang dapat memengaruhi produksi beras juga perlu ditingkatkan, serta percepatan program diversifikasi beras untuk mengurangi ketergantungan pada beras impor.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved