Jepang Terancam Ketergantungan Beras Impor, Ini Penyebabnya
Tanggal: 26 Mei 2025 12:15 wib.
Di tengah lonjakan harga pangan, pasar swalayan di Jepang kini semakin aktif menjual beras impor yang lebih terjangkau. Kenaikan harga beras lokal menyisakan kekhawatiran akan ketersediaan makanan pokok ini di kalangan masyarakat.
Salah satu raksasa retail, Aeon, mengumumkan bahwa mulai 6 Juni, mereka akan menawarkan beras dari California di gerai-gerainya, khususnya di kawasan perkotaan yang padat penduduk. Varietas beras impor tersebut dijual dengan harga 2.894 yen (sekitar Rp 330.000) untuk kemasan 4 kilogram (kg), atau setara Rp 82.500 per kg. Harga ini lebih murah sekitar 15 persen dibandingkan harga rata-rata beras lokal yang dilaporkan oleh Kementerian Pertanian Jepang pada awal bulan Mei.
Aeon sebelumnya juga sudah menjual campuran beras asal Amerika Serikat dan beras lokal mulai bulan April lalu. Para pesaing perusahaan seperti Ito-Yokado dan Seiyu juga melaporkan peningkatan penjualan beras impor dari California dan Taiwan, menunjukkan minat yang tinggi di pasar.
Menurut pernyataan Mitsuko Tsuchiya, Wakil Presiden Eksekutif Aeon, keputusan untuk menjual beras varietas Calrose dari California juga didorong oleh minat konsumen yang semakin merasa tidak mampu untuk membeli beras lokal akibat harganya yang melambung. “Harga beras impor ini sangat terjangkau. Dengan memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, kami berharap konsumsi beras secara keseluruhan akan meningkat,” ujarnya dalam sebuah konferensi pers.
Pemerintah Jepang mengimpor beras melalui dua jalur, yaitu jalur pemerintah dan jalur perusahaan swasta. Menurut ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), pemerintah diwajibkan untuk membeli sejumlah beras dari negara lain, sementara perusahaan swasta dapat melakukan impor dengan membayar tarif tertentu. Aeon, dalam hal ini, melakukan impor melalui jalur swasta dan menargetkan penjualan sekitar 14.000 ton dalam tiga bulan ke depan.
Beras Calrose yang diimpor ini dikenal memiliki butiran sedang dan rasa yang lebih netral dibandingkan beras Jepang yang pada umumnya lebih lengket. Tanpa memandang asalnya, beras ini dianggap sangat cocok untuk berbagai hidangan, termasuk risoto, pilaf, rebusan, dan sup.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Jepang, George Glass, mengomentari langkah Aeon dalam menjual beras AS sebagai suatu langkah "bersejarah" bagi para petani Amerika, mengingat Jepang adalah negara dengan standar yang sangat tinggi dalam konsumsi beras. "Aeon telah menunjukkan komitmen yang besar terhadap beras dan petani Amerika. Dalam situasi di mana harga pangan menjadi perhatian utama masyarakat Jepang, peluncuran ini datang pada waktu yang sangat tepat bagi konsumen," ungkap Glass.
Namun, situasi ini di tengah meningkatnya harga beras di Jepang juga mencerminkan tantangan yang dihadapi negara tersebut. Pada periode 5 hingga 11 Mei, harga rata-rata beras di Jepang mencapai rekor tertinggi sebesar 4.268 yen untuk 5 kg atau sekitar Rp 97.000 per kg. Angka ini mengalami kenaikan dari 4.214 yen pada akhir April, ketika harga sempat mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam 18 minggu terakhir. Selain itu, angka keuntungan yang tinggi ini juga disebabkan oleh hasil panen yang buruk pada musim panas tahun 2023, yang semakin menambah tekad masyarakat untuk mencari alternatif yang lebih terjangkau.