Jepang Kembangkan AI untuk Perangi Misinformasi Daring
Tanggal: 18 Agu 2025 08:14 wib.
Sebuah konsorsium di Jepang, yang melibatkan raksasa teknologi Fujitsu Ltd. bersama sembilan organisasi lain termasuk NEC Corp., National Institute of Informatics, serta sejumlah universitas, tengah mengembangkan platform pemeriksa fakta berbasis kecerdasan buatan (AI). Proyek ini ditujukan untuk menangkal penyebaran misinformasi yang sering muncul di internet, terutama ketika terjadi bencana maupun menjelang pemilihan umum.
Dilansir Kyodo (14/8), sistem tersebut ditargetkan rampung pada akhir tahun fiskal 2025. AI ini akan mampu menganalisis informasi, mengumpulkan bukti pendukung, hingga menilai keaslian konten yang beredar secara daring. Direktur Senior Proyek di Fujitsu, Dai Yamamoto, menjelaskan bahwa biasanya proses verifikasi kebenaran membutuhkan banyak tahapan, namun dengan teknologi ini keputusan bisa diambil lebih cepat.
Sebagai uji coba, Yamamoto pernah meminta sistem memverifikasi pernyataan palsu yang menyebut “sekelompok pencuri asing mendatangi wilayah terdampak gempa Noto segera setelah bencana.” Hanya dalam hitungan detik, sistem menyatakan klaim tersebut salah. Verifikasi diperkuat dengan rujukan ke artikel media terpercaya yang menyajikan informasi berbeda, sekaligus menilai tingkat kredibilitas sumber tersebut.
Sistem ini dibangun menggunakan large language model yang dikustomisasi khusus untuk melawan misinformasi. Proyek ini sendiri didanai sebesar 6 miliar yen, atau sekitar Rp660 miliar, oleh New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), lembaga pemerintah Jepang.
Menariknya, teknologi ini juga dirancang mampu mendeteksi deepfake—konten gambar atau video palsu yang dibuat dengan AI—karena dapat mengidentifikasi detail kecil yang biasanya terlewat oleh manusia. Para pengembang menekankan, langkah ini penting untuk mengurangi dampak buruk penyebaran berita palsu, termasuk saat krisis bencana, di mana informasi yang salah bisa memperparah keadaan.