Sumber foto: iStock

Jepang Gelontorkan Rp11 Triliun untuk Gaet Ilmuwan Dunia, Targetkan Peneliti AS yang Kecewa pada Trump

Tanggal: 20 Jun 2025 13:58 wib.
Jepang tengah mengambil langkah strategis untuk menjadi magnet baru bagi ilmuwan dan peneliti terkemuka dunia. Demi mewujudkan ambisi tersebut, pemerintah Negeri Sakura siap menggelontorkan dana jumbo sebesar 100 miliar yen atau sekitar Rp11 triliun. Tujuannya jelas: menarik minat para peneliti global, khususnya dari Amerika Serikat, yang kecewa dengan kebijakan mantan Presiden Donald Trump.

Menurut laporan dari Kyodo News Plus, program ini menjadi bentuk keseriusan Jepang dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat dalam merebut talenta unggulan di bidang teknologi strategis. Fokus utama diarahkan pada pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan semikonduktor, dua sektor yang kini menjadi medan persaingan negara-negara besar di dunia.

Meskipun program ini menyasar peneliti dari seluruh dunia, para ilmuwan asal Amerika tetap menjadi target istimewa. Hal ini tidak lepas dari situasi di dalam negeri AS, di mana sejumlah ilmuwan dan akademisi merasa kecewa akibat kebijakan pemangkasan anggaran riset yang dilakukan pemerintahan Trump sebelumnya.


Kebijakan Trump Buka Peluang Bagi Jepang

Sejumlah pemotongan besar terhadap pendanaan ilmiah di Amerika Serikat, seperti terhadap NASA dan National Science Foundation, dianggap menjadi titik balik yang membuat banyak ilmuwan merasa tidak lagi mendapat dukungan yang layak. Kondisi ini membuka celah bagi negara lain, seperti Jepang, untuk hadir sebagai alternatif yang lebih mendukung dunia riset dan inovasi.

Hal ini diamini oleh laporan dari The Register yang menyebut bahwa para peneliti AS kini mulai membuka peluang kerja sama internasional, bahkan tidak sedikit yang mempertimbangkan untuk bermigrasi demi kelangsungan riset mereka. Dalam konteks inilah, Jepang tampil sebagai opsi yang menjanjikan dengan penawaran menarik dan dukungan anggaran luar biasa.


Universitas Tohoku Jadi Garda Terdepan

Sebagian besar dari dana jumbo ini akan disalurkan melalui institusi pendidikan tinggi, termasuk Universitas Tohoku, yang diketahui telah menyiapkan paket senilai 30 miliar yen untuk merekrut hingga 500 peneliti, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pendekatan ini diharapkan bisa memperkuat posisi universitas Jepang sebagai pusat riset kelas dunia.

Menteri Keamanan Ekonomi Jepang, Minoru Kiuchi, menyampaikan bahwa pemerintah akan mengerahkan seluruh kemampuan untuk mewujudkan Jepang sebagai tujuan utama bagi para ilmuwan dari seluruh penjuru dunia.


"Kami bertekad menjadikan Jepang sebagai negara paling menarik di dunia bagi para peneliti," ujar Kiuchi, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menggenjot sektor riset dan inovasi teknologi.



Persaingan Global dalam Rebut Ilmuwan

Langkah Jepang ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Dunia saat ini tengah menyaksikan persaingan yang sangat kompetitif dalam merebut ilmuwan top, khususnya dalam ranah teknologi tinggi. Beberapa negara lain bahkan sudah lebih dulu membuat program serupa.

Sebagai contoh, Uni Eropa telah mengalokasikan dana hingga 500 juta euro untuk menarik peneliti internasional, termasuk dari Amerika Serikat. Inggris pun tak mau ketinggalan, dengan paket sebesar 50 juta pound sterling yang ditujukan bagi para akademisi top dari AS. Sementara Prancis secara terbuka menawarkan tempat aman bagi ilmuwan yang merasa tertekan di negara asalnya.

Dengan skema ini, Jepang memasuki panggung kompetisi secara langsung dan memberikan penawaran yang dianggap sangat kompetitif, tidak hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari ekosistem riset dan dukungan teknologi yang kuat.


Fokus pada Teknologi Strategis: AI dan Semikonduktor

Mengapa Jepang memilih fokus pada kecerdasan buatan dan semikonduktor? Jawabannya sederhana: kedua sektor ini adalah tulang punggung revolusi teknologi saat ini dan masa depan. Kecerdasan buatan telah merambah hampir seluruh sektor kehidupan, mulai dari industri, layanan kesehatan, pendidikan, hingga keamanan siber.

Sementara itu, semikonduktor menjadi komponen vital dalam berbagai perangkat teknologi modern, dari smartphone hingga sistem pertahanan militer. Menguasai sektor ini berarti memiliki kendali atas rantai pasok global dan keamanan teknologi nasional.

Jepang, yang memiliki tradisi panjang dalam teknologi dan manufaktur, ingin kembali mengambil posisi sentral di panggung global. Dukungan terhadap para peneliti dianggap sebagai strategi jangka panjang untuk merealisasikan ambisi tersebut.


Jepang Tawarkan Ekosistem Riset yang Stabil dan Mendukung

Berbeda dengan kondisi di beberapa negara yang sedang mengalami ketidakpastian politik, Jepang menawarkan stabilitas yang lebih baik bagi para ilmuwan untuk mengembangkan risetnya. Infrastruktur riset yang mumpuni, dukungan dana yang besar, serta kolaborasi dengan industri teknologi lokal menjadi daya tarik tersendiri.

Dengan tambahan insentif ini, Jepang berharap dapat menciptakan pusat inovasi baru yang tidak hanya unggul secara teknologi, tetapi juga inklusif dan ramah bagi ilmuwan dari berbagai latar belakang.


Kesimpulan

Langkah Jepang menggelontorkan Rp11 triliun demi menarik peneliti global adalah bukti nyata bahwa perang talenta kini menjadi bagian penting dari geopolitik teknologi. Dengan memanfaatkan momentum ketidakpuasan para peneliti terhadap situasi di negara asalnya, Jepang ingin merebut peluang untuk membangun ekosistem inovasi yang kuat dan berkelanjutan.

Apakah strategi ini akan berhasil? Waktu yang akan menjawab. Namun yang pasti, Jepang kini siap menjadi rumah baru bagi para pemikir besar dunia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved