Israel Kembali Serang Ibu Kota Lebanon, 6 Gedung Rata dengan Tanah
Tanggal: 28 Sep 2024 05:35 wib.
Awan asap tebal membubung dari ibu kota Lebanon Beirut setelah beberapa ledakan yang disebabkan oleh serangkaian serangan tentara Israel, IDF di Ibu Kota Lebanon pada hari Jumat. Aksi agresif ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah dan masyarakat internasional terkait eskalasi konflik di Timur Tengah.
Menurut sumber yang dekat dengan Hizbullah, serangan tersebut mengakibatkan rata dengan tanah enam bangunan di daerah tersebut. Konsekuensi dari serangan ini menjadi sorotan utama bagi komunitas global, termasuk negara-negara di sekitar wilayah tersebut.
Dikutip dari Kuwait Times, IDF mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menargetkan komando pusat Hizbullah dalam serangan tersebut. Hal ini menegaskan intensitas konflik yang semakin meningkat di antara kedua pihak yang terlibat.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan militer untuk terus bertempur dengan kekuatan penuh melawan kelompok bersenjata Hizbullah. Tindakan ini terjadi meskipun ada seruan dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu lainnya untuk gencatan senjata. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kepemimpinan politik dan keamanan di kawasan tersebut.
Kekhawatiran akan perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah meningkat, setelah peningkatan dramatis dalam serangan Israel terhadap Lebanon sejak Senin (23/9/2024). Ancaman terhadap stabilitas regional menjadi isu yang harus segera ditangani dengan bijaksana oleh pihak terkait.
Peningkatan permusuhan mendorong blok yang terdiri dari 12 negara termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa (UE) untuk mengusulkan gencatan senjata selama tiga minggu antara Israel dan Hizbullah pada Rabu (25/9/2024). Tindakan diplomasi ini mencerminkan upaya untuk menjaga perdamaian di kawasan yang terus diwarnai oleh ketegangan.
Usulan tersebut awalnya disambut dengan harapan setelah duta besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Danny Danon, mengatakan negaranya terbuka terhadap ide-ide. Namun pada Kamis (26/9/2024) usulan tersebut telah ditolak mentah-mentah oleh politisi Israel, menyulitkan upaya untuk mencapai resolusi damai atas konflik yang sedang berlangsung.
Peningkatan ketegangan antara Israel dan Hizbullah menyoroti pentingnya upaya diplomatik dalam menyelesaikan konflik bersenjata di Timur Tengah. Kondisi ini juga menuntut peran aktif dari komunitas internasional, terutama dalam mengembangkan solusi yang mampu mengurangi eskalasi kekerasan dan mendorong dialog antara kedua pihak.