Sumber foto: iStock

Israel Dibuat Geger, Delapan Tentaranya Tewas dalam Bentrokan dengan Hizbullah

Tanggal: 3 Okt 2024 08:45 wib.
Tensi di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melaporkan delapan tentaranya tewas dalam bentrokan dengan Hizbullah di Lebanon selatan. Dikatakan bahwa para tentara tersebut menjadi korban pertama Israel dalam serangan darat yang meluas di tengah kekhawatiran akan semakin meluasnya konflik dengan Iran.

Isu konflik antara Israel dan Hizbullah semakin memuncak ketika Israel mengirimkan bala bantuan ke Lebanon selatan, serta melancarkan serangan udara terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut. Hizbullah juga turut serta dalam aksi serangannya dengan menembakkan roket-roket salvo ke kota-kota Israel, bahkan mereka mengklaim telah menghancurkan tiga tank ketika membombardir kota Maroun Al Ras.

Dampak dari serangan Israel di Lebanon dan rentetan rudal Iran ke Israel telah menjadi perhatian global, tak hanya dalam aspek konflik bersenjata, tapi juga mengguncang pasar-pasar energi di kawasan Timur Tengah. Kejadian ini juga mendorong sekutu-sekutu negara maju Israel dan negara-negara besar lainnya untuk mencari jalan keluar demi menciptakan de-eskalasi di kawasan tersebut.

Para pemimpin G7 melakukan pembicaraan telepon dan menegaskan bahwa konflik regional bukanlah kepentingan siapa pun. Mereka meyakinkan bahwa solusi diplomatik masih menjadi pilihan utama. Sementara itu, AS juga menegaskan bahwa sanksi lebih lanjut akan diberlakukan terhadap Iran sebagai bentuk respons atas eskalasi konflik di wilayah tersebut.

Di sisi lain, pemerintah Israel, bersama dengan para pemimpinnya, telah mengancam akan melakukan pembalasan terhadap Iran. Hal ini terjadi setelah Iran menembakkan sekitar 200 rudal balistik yang sebagian berhasil menembus pertahanan udara Israel. Meskipun hanya dilaporkan satu korban jiwa, serangan Iran telah merusak beberapa pangkalan angkatan udara Israel.

Mengenai hal ini, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyatakan bahwa Iran harus membayar harga yang sangat mahal dan berat. Sementara itu, salah satu pesaing Netanyahu, Naftali Bennett, menyerukan agar Israel menghancurkan program nuklir Iran dan fasilitas-fasilitas energi utamanya.

Perkembangan situasi menunjukkan bahwa dinamika konflik telah bergeser sejak Israel membalas rentetan rudal Iran yang lebih kecil dengan serangan terbatas. Kali ini, Israel memiliki kemungkinan untuk menargetkan infrastruktur minyak atau pangkalan militer anggota OPEC, bahkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran juga menjadi skenario yang mungkin terjadi.

Meskipun demikian, AS menegaskan bahwa mereka tidak akan mendukung serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Mereka berkeyakinan bahwa Iran memiliki hak untuk merespons, namun harus dilakukan secara proporsional sesuai dengan hukum internasional.

Tensi yang semakin memuncak ini juga dipicu oleh rentetan serangan sebelumnya antara Israel dan pihak-pihak yang didukung Iran. Hamas, yang juga didukung oleh Iran, sebelumnya menyerbu Israel bagian selatan dari Gaza, yang menyebabkan korban jiwa dan kerusakan besar di wilayah tersebut. Kemudian, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan ribuan orang menurut data kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Selain itu, pertempuran telah menyebar ke beberapa bagian wilayah, termasuk adanya serangan di Yaman dan Suriah dalam beberapa hari terakhir, serta pemboman Lebanon dan kampanye yang masih berlangsung di Gaza. Dalam sebulan terakhir, Israel juga telah membunuh banyak pemimpin senior Hizbullah, termasuk pemimpinnya Hassan Nasrallah.

Kondisi ini telah mendorong timbulnya kekhawatiran atas potensi konflik yang lebih luas, serta memberikan dampak pada harga minyak mentah Brent yang naik di atas US$75 per barel. Namun, meskipun ada kemungkinan gangguan pasokan besar di Iran atau bagian lain dari Teluk yang kaya akan minyak, harga minyak masih turun selama sebulan terakhir, menunjukkan ketidakpastian pasar terhadap situasi ini.

Sementara itu, AS yang mendukung Israel, telah intensif dalam memberikan dukungan militer dan keuangan kepada Israel sejak serangan pada sebelumnya. Mereka juga telah menyuarakan kebutuhan akan pengendalian dalam kampanye Israel di Gaza dan sekarang Lebanon. Hal ini didukung pula oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang menyatakan bahwa sudah waktunya untuk menghentikan siklus eskalasi yang membawa orang-orang di Timur Tengah menuju jurang.

Menyikapi serangan terbaru, Presiden Iran telah mengungkapkan keinginannya untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan Barat guna meringankan sanksi ekonomi terhadap Republik Islam. Namun, elemen garis keras di dalam pemerintah dan Korps Garda Revolusi Islam mungkin akan mempengaruhi keputusan Iran dalam merespons serangan-serangan yang terus terjadi.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved