Sumber foto: website

Israel Alami Hari Paling Mematikan di Lebanon, 6 Tentara IDF Tewas di Tangan Hizbullah

Tanggal: 15 Nov 2024 12:33 wib.
Israel mengalami salah satu hari paling mematikan dalam serangan daratnya terhadap Hizbullah di Lebanon pada Rabu, (13/11/2024), ketika enam tentaranya tewas dalam pertempuran di dekat perbatasan.

Seperti dilaporkan oleh militer dalam sebuah pernyataan yang dilansir NDTV, "para tentara tewas selama pertempuran di Lebanon selatan." Kematian tersebut menambah jumlah tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang tewas dalam pertempuran dengan Hizbullah sejak 30 September, ketika Israel mengirim pasukan darat ke Lebanon.

Pengumuman tersebut muncul setelah Menteri Pertahanan baru Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa tidak akan ada pelonggaran dalam perang melawan Hizbullah. Hal ini menunjukkan bahwa Israel tetap serius dalam menangani serangan dari pihak lawan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara pribadi membagikan gambar simbol Brigade "Golani" – unit tempat para tentara yang tewas berasal – pohon zaitun hijau dengan latar belakang kuning, dengan emoji hati yang patah, sebagai penghormatan terhadap para tentara yang gugur.

Israel telah meningkatkan kampanye pengebomannya di Lebanon sejak 23 September, terutama menargetkan benteng Hizbullah di Beirut selatan dan di wilayah timur dan selatan negara tersebut. Pada 30 September, Israel bahkan mengirimkan pasukan darat sebagai bagian dari operasi tersebut.

Insiden ini terjadi setelah hampir setahun terjadi baku tembak lintas batas yang dilancarkan Hizbullah untuk mendukung sekutu Palestina-nya, Hamas, menyusul serangan mereka pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang Gaza.

Selain tentara, serangan Israel juga mengakibatkan korban sipil. Pada Rabu, serangan Israel menghantam Aramoun, sebuah daerah padat penduduk di selatan Beirut di luar benteng tradisional Hizbullah, yang menewaskan delapan orang menurut laporan kementerian kesehatan.

Media pemerintah Lebanon melaporkan gelombang ketiga serangan Israel terhadap benteng Hizbullah di Beirut selatan dalam waktu 24 jam yang sama. Sementara itu, tentara Israel mengatakan mereka berhasil mencegat beberapa dari "lima proyektil" yang telah menyeberang dari Lebanon ke wilayah Israel.

Di sisi lain, Menteri Pertahanan Israel, Katz, menyampaikan kepada komandan militer senior pada kunjungan pertamanya ke wilayah perbatasan sejak pengangkatannya minggu lalu bahwa Israel "tidak akan melakukan gencatan senjata, kami tidak akan mengendurkan langkah, dan kami tidak akan mengizinkan pengaturan apa pun yang tidak mencakup pencapaian tujuan perang kami."

Salah satu tujuan utama Israel dalam konflik ini adalah melucuti senjata Hizbullah dan memaksa para operatornya melewati Sungai Litani, yang mengalir melintasi Lebanon selatan.

Setelah pidato Katz, serangan udara lainnya menghantam pinggiran kota Beirut pada Rabu malam setelah peringatan dari militer Israel bagi penduduk untuk mengungsi.

Hizbullah dilaporkan menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan rudal balistik ke markas besar tentara Israel di pusat komersial Tel Aviv, yang juga merupakan kantor Kementerian Pertahanan.

Menurut pihak berwenang Lebanon, lebih dari 3.360 orang telah tewas sejak Oktober tahun lalu ketika Hizbullah dan Israel terlibat dalam bentrokan lintas perbatasan. Bahkan, tidap hanya dari pihak militer, serangan tersebut juga menimbulkan korban sipil, termasuk warga sipil di wilayah utara Israel yang terkena serangan roket dari Lebanon.

Serangan roket dari Lebanon pada Selasa (12/11/2024) menewaskan dua penduduk kota Nahariya di Israel utara. Dengan tambahan korban tersebut, jumlah warga sipil yang tewas di Israel utara akibat serangan roket dari Lebanon mencapai 45 orang.

Melalui serangkaian tindakan agresif dan kematian para tentaranya, Israel tampaknya ingin menunjukkan ketegasan dan determinasi dalam menghadapi ancaman yang dihadapinya. Sementara Hizbullah yang memberikan perlawanan dapat dilihat sebagai upaya untuk mempertahankan kepentingan dan keamanannya di wilayah Lebanon.

Dari sisi kemanusiaan, konflik ini telah menimbulkan kesedihan dan penderitaan bagi banyak orang, baik di Israel maupun Lebanon. Kesepakatan damai yang dapat mengakhiri konflik ini menjadi harapan bagi kedua belah pihak serta komunitas internasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved