Iran Siap Berperang, Berharap Dunia Muslim Bersatu Hancurkan Israel
Tanggal: 5 Apr 2024 08:46 wib.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan Israel atas serangan udara terhadap konsulat Iran di Damaskus. Khamenei menyatakan bahwa Israel akan mendapatkan "tamparan" atas tindakan agresifnya. Serangan tersebut menelan korban jiwa, termasuk tiga komandan tinggi Garda Revolusi.
Khamenei menegaskan bahwa tindakan putus asa Israel di Suriah tidak akan mencegah kekalahan mereka. Dia juga menjelaskan bahwa pihak Iran akan mengambil keputusan atas tindakan agresif Israel tersebut. Serangan tersebut memakan korban 13 orang, setelah jet F-35 Israel menembakkan enam rudal meratakan gedung konsulat.
Menanggapi serangan tersebut, media resmi Iran mengumumkan rencana upacara pemakaman anggota IRGC pada Hari Jumat yang bertepatan dengan Hari Quds. Hari Quds merupakan momen di mana rakyat Iran mengkampanyekan dukungan untuk Palestina dan menentang Israel.
Khamenei juga menyinggung peringatan Hari Quds yang pada tahun sebelumnya hanya dirayakan di negara-negara Islam. Namun, kali ini, ia optimistis bahwa peringatan Hari Quds bisa dirayakan di negara-negara non-Islam.
Lebih lanjut, Khamenei juga mengungkapkan harapannya bahwa suatu hari nanti "dunia Muslim dapat menghancurkan Israel." Pernyataan ini menunjukkan bahwa Iran memiliki ambisi besar dalam konflik yang melibatkan Palestina dan Israel.
Selain itu, hubungan antara Iran dan Israel telah lama dipenuhi dengan ketegangan. Israel dikenal melakukan perang bayangan dengan menyusup, membunuh, dan melakukan sabotase terhadap Iran, serta sekutu bersenjatanya seperti Hizbullah Lebanon dan kelompok militan lainnya.
Pernyataan Khamenei ini menunjukkan bahwa Iran tidak hanya sebagai pihak yang mengalami serangan, tetapi juga sebagai pelaku yang bertekad kuat untuk melawan agresi yang diarahkan kepadanya. Komentar keras Ayatollah Ali Khamenei ini juga menunjukkan semangat perlawanan Iran terhadap upaya-upaya agresi dan upaya untuk menyerang kepentingan negara mereka.
Dengan demikian, pernyataan dari pemimpin tertinggi Iran ini menjadi sebuah panggilan bagi dunia Muslim untuk bersatu dalam menghadapi konflik di Timur Tengah, khususnya dalam isu Palestina dan Israel. Meski demikian, pernyataan ini juga menimbulkan potensi untuk semakin memanasnya situasi di kawasan tersebut, terutama jika hal ini menjadi dorongan bagi aksi-aksi agresif dan radikalisme dalam konflik tersebut.
Dalam konteks ini, konflik antara Iran dan Israel turut memperlihatkan pentingnya diplomasi dalam menyelesaikan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Seiring dengan upaya-upaya diplomasi yang dilakukan oleh komunitas internasional, penggunaan bahasa dan retorika yang lebih tenang dan membumi diharapkan dapat membawa solusi yang lebih baik dalam menghadapi konflik yang tengah berlangsung di kawasan tersebut.
Dalam hal ini, penting bagi para pemimpin negara-negara Timur Tengah untuk menyadari bahwa upaya perdamaian dan diplomasi merupakan langkah yang lebih konstruktif dalam menyelesaikan konflik yang melibatkan kepentingan banyak pihak. Hal ini juga memungkinkan bagi negara-negara di kawasan tersebut untuk lebih fokus pada pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya, tanpa terjebak dalam spiral konflik yang tidak kunjung usai.