Iran Menolak Kerja Sama Nuklir, IAEA Mendesak Akses Segera
Tanggal: 5 Jul 2025 21:25 wib.
Istanbul - Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada Jumat (4 Juli) menekankan kembali betapa krusialnya kerja sama dengan Iran untuk melanjutkan program inspeksi nuklir yang ada. Hal ini terjadi setelah Iran menangguhkan kolaborasinya dengan IAEA akibat ketegangan yang berlangsung selama 12 hari terkait serangan yang dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat.
Kepala IAEA, Rafael Grossi, menegaskan pentingnya dialog antara IAEA dan Iran untuk mendiskusikan langkah-langkah yang diperlukan dalam memulihkan aktivitas pemantauan dan verifikasi yang sangat penting di negara itu, dan diharapkan hal ini dapat dilakukan secepat mungkin. Pernyataan ini menyoroti komitmen IAEA dalam memastikan program nuklir Iran berada dalam batas yang diizinkan.
Namun, pejabat Iran memberikan kritik tajam kepada IAEA karena dianggap tidak bersikap tegas dalam mengutuk serangan yang dilancarkan oleh Israel dan AS. Selain itu, mereka juga menyoroti resolusi yang dikeluarkan pada 12 Juni lalu, yang menuduh Iran telah melanggar kewajiban terkait program nuklir yang mereka miliki.
Iran bahkan menuduh Rafael Grossi bertindak lebih sebagai mata-mata untuk kepentingan Israel. Menyusul ketidakpuasan ini, Iran mengumumkan bahwa Grossi tidak akan lagi diizinkan untuk mengunjungi negaranya. Keputusan ini menciptakan ketegangan tambahan dalam hubungan antara Iran dan IAEA.
Pada 25 Juni, DPR Iran memberikan persetujuan terhadap RUU yang menghentikan segala bentuk kerja sama dengan IAEA. Dewan Wali pun segera meratifikasi undang-undang itu sehari setelahnya, dan implementasinya secara resmi dimulai pada 2 Juli dengan tanda tangan Presiden Masoud Pezeshkian.
Meskipun menolak kerja sama lebih lanjut dengan IAEA, Iran menyatakan bahwa mereka tetap berkomitmen terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), meskipun kepercayaan kepada IAEA sangat diragukan. Hal ini menunjukkan kompleksitas dan kerumitan situasi nuklir di Iran yang sedang berlangsung.
Dalam perkembangan terpisah, IAEA menginformasikan bahwa para pengawas yang masih berada di Iran selama ketegangan akibat serangan Israel telah kembali ke kantor pusat IAEA di Wina, Austria. Serangan yang diluncurkan oleh Israel pada 13 Juni lalu menargetkan sejumlah situs militer dan nuklir di Iran. Insiden tersebut tidak hanya merusak fasilitas, tetapi juga mengakibatkan tewasnya beberapa komandan dan ilmuwan terkemuka Iran, yang tentu saja memperburuk situasi.
Di tengah semakin rumitnya konflik ini, Amerika Serikat juga terjun ke dalam pertempuran dengan mengebom tiga lokasi fasilitas nuklir Iran. Namun, langkah tersebut tidak berlangsung lama, karena AS kemudian menjadi sponsor bagi gencatan senjata yang dimulai pada 24 Juni. Situasi ini menggambarkan bagaimana kompleksnya dinamika antara negara-negara tersebut dan implikasi dari ketegangan yang ada di Timur Tengah.