Iran Mendesak PBB untuk Menetapkan Israel dan AS sebagai Pelaku Agresi
Tanggal: 30 Jun 2025 13:40 wib.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menginginkan agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa Israel dan Amerika Serikat bertanggung jawab sebagai pelaku utama tindakan agresif terhadap Iran. Dalam surat resminya yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Araghchi mengungkapkan permintaan tersebut serta menuntut agar kedua negara memberi kompensasi atas kerusakan yang mereka timbulkan selama serangan yang dilancarkan terhadap Iran.
Surat tersebut menjadi sorotan banyak pihak, terutama setelah dilaporkan oleh Kantor Berita Rusia, Ria Novosti, pada hari Senin. Dalam suratnya, Araghchi menegaskan, "Kami secara resmi meminta agar Dewan Keamanan mengakui rezim Israel dan Amerika Serikat sebagai inisiator tindakan agresi ini, serta mengakui tanggung jawab mereka atas konsekuensi yang ditimbulkan, termasuk kewajiban untuk membayar kompensasi dan reparasi.”
Lebih lanjut, Araghchi juga menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk memastikan pertanggungjawaban Israel dan Amerika Serikat atas tindakan mereka, sekaligus mencegah terulangnya kejahatan serupa di masa depan. Tindakan ini mencerminkan ketegangan yang terus meningkat antara Iran dan kedua negara tersebut.
Pertikaian yang menyulut ketegangan ini bermula dari serangan yang dilancarkan oleh Israel terhadap Iran pada malam tanggal 13 Juni, dengan klaim bahwa Iran sedang menjalankan program nuklir militer yang bersifat rahasia. Operasi tersebut mencakup serangkaian pemboman udara dan serangan oleh kelompok saboteur, yang menyasar fasilitas nuklir, jenderal militer, serta fisikawan nuklir terkemuka sekaligus pangkalan udara di wilayah Iran.
Tanggapan Iran terhadap tuduhan tersebut adalah penolakan keras dan serangan militer balasan. Selama periode 12 hari, kedua belah pihak terlibat dalam serangkaian serangan yang intens, di mana Amerika Serikat pun terlibat dengan melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada malam 22 Juni. Tindakan tersebut semakin memperumit situasi yang sudah memanas di kawasan tersebut.
Tidak berhenti di sana, pada malam 23 Juni, Iran dengan tegas meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Al Udeid, Qatar. Meski demikian, Iran kemudian menyatakan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk meningkatkan ketegangan lebih lanjut pasca serangan itu.
Presiden AS saat itu, Donald Trump, pernah menyatakan harapannya agar serangan tersebut bisa menjadi "pelampiasan" bagi semua pihak yang terlibat, dan merepresentasikan sebuah jembatan menuju perdamaian yang lebih stabil di Timur Tengah. Ia juga mengungkapkan bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, yang diharapkan dapat mengakhiri konflik selama 12 hari itu dalam waktu 24 jam setelah pernyataan tersebut.