Sumber foto: website

Iran : Israel Gila Serang Lebanon

Tanggal: 24 Sep 2024 05:30 wib.
Iran mengutuk dengan keras serangan terbaru Israel ke Lebanon sebagai tindakan yang gila. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, memperingatkan tentang "konsekuensi berbahaya" dari tindakan Israel yang disebutnya sebagai "petualangan baru".

Jumlah korban dari serangan Israel ke Lebanon terus bertambah, mencapai angka 274 orang. Dari jumlah tersebut, termasuk 21 anak-anak, 39 wanita, dan tim medis. Al Jazeera melaporkan bahwa ada lebih dari seribu orang lain yang mengalami luka-luka akibat serangan tersebut.

Dilaporkan bahwa serangan Israel ke Lebanon ini sangat membabi buta, dengan menargetkan rumah-rumah penduduk, pusat-pusat medis, serta ambulans dan mobil-mobil warga yang berusaha keluar dari Lebanon. Dampaknya sangat luas, sehingga otoritas Lebanon harus menutup semua taman kanak-kanak di seluruh wilayah negara itu dan menghentikan kegiatan sekolah selama dua hari, terutama di daerah yang terkena dampak serangan Israel.

Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan puing-puing berserakan di jalan di kota al-Duwayr, yang terletak di Nabatiyeh, sementara para penduduk terdengar berteriak panik. Video lainnya yang diverifikasi oleh Al Jazeera menunjukkan ambulans yang rusak akibat serangan tersebut. Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya untuk memberikan perawatan kesehatan kepada para korban luka akibat serangan Israel.

Pemerintah Lebanon juga melakukan langkah-langkah darurat dengan meminta rumah sakit untuk memberikan prioritas pada mereka yang terluka, termasuk mengubah pusat-pusat pertolongan pertama menjadi tempat yang dapat menerima korban luka. Selain itu, mereka juga berencana untuk melanjutkan perawatan terhadap pengungsi yang menderita penyakit-penyakit kronis di berbagai pusat medis.

UNIFIL, Pasukan Sementara PBB di Lebanon, mengungkapkan kekhawatirannya atas kesejahteraan dan keselamatan warga sipil di wilayah selatan Lebanon. Mereka menegaskan pentingnya komitmen semua pihak untuk melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang mengatur perang antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.

Dalam resolusi tersebut, pasukan penjaga perdamaian PBB dikerahkan untuk memantau gencatan senjata di sepanjang garis demarkasi antara Israel dan Lebanon. Konflik pada saat itu melibatkan serangkaian tindakan militer dan bentrokan antara Israel dan Hizbullah, dengan berbagai pihak melaporkan korban jiwa dari kedua belah pihak.

Korban tewas akibat konflik ini bervariasi sesuai dengan sumbernya. Menurut pihak Hizbullah, korban meninggal mencapai 250 orang, sementara PBB menyebutkan angka 500 korban jiwa, dan pemerintah Lebanon memprediksi di atas 250 tetapi di bawah 500. Di sisi lain, pihak Israel melaporkan angka kematian korban dari kubu Lebanon mencapai 600-800 orang, sementara dari kubu mereka sendiri, diperkirakan 121 orang tewas.

Konflik tersebut berlangsung selama 33 hari sebelum akhirnya berhenti dengan resolusi DK PBB No. 1701, di mana Prancis menjadi negara penengah dalam mencapai kesepakatan tersebut.

Dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Lebanon, kawasan Timur Tengah semakin terancam dengan ancaman konflik bersenjata yang dapat mengakibatkan dampak yang sangat merugikan bagi kedua belah pihak. Hanya dengan upaya diplomasi dan komitmen untuk menjaga perdamaian, kedua negara ini dapat mencari jalan keluar yang adil dan terukur untuk mengakhiri konflik mereka.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved