Insiden Penembakan Diplomatik di Tepi Barat: Kecaman Internasional Menggema
Tanggal: 26 Mei 2025 12:41 wib.
Tampang.com | Insiden penembakan peringatan yang dilakukan militer Israel terhadap rombongan diplomat asing yang sedang menjalankan misi kemanusiaan di wilayah Tepi Barat memicu kecaman luas dari berbagai negara dan organisasi internasional. Peristiwa ini terjadi pada Rabu (21/5/2025) di kawasan Jenin, saat rombongan diplomat dari lebih dari 30 negara, termasuk Inggris, Kanada, dan Italia, tengah melakukan pengawasan situasi kemanusiaan atas inisiatif Otoritas Palestina.
Dalam rekaman video yang beredar, suara tembakan tiba-tiba terdengar saat para diplomat sedang diwawancarai media, memaksa mereka mencari perlindungan seketika. Militer Israel mengklaim tindakan tembakan peringatan itu dilakukan lantaran rombongan menyimpang dari jalur yang telah disepakati sebelumnya. Namun, hal ini memicu kecaman keras dari berbagai pihak. Perdana Menteri Kanada Mark Carney meminta penjelasan resmi dan menyatakan tindakan tersebut tidak dapat diterima, mengingat empat diplomat Kanada juga menjadi bagian dari rombongan tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan pentingnya menjaga keselamatan diplomat dalam segala situasi. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Palestina menuding militer Israel sengaja menargetkan rombongan diplomat dengan peluru tajam. Militer Israel hanya mengeluarkan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi dan berjanji melakukan penyelidikan internal yang hasilnya akan disampaikan kepada pihak terkait.
Kejadian ini menambah ketegangan di tengah memburuknya situasi di Gaza. Serangan militer terbaru Israel dilaporkan menewaskan sedikitnya 82 orang, termasuk bayi dan banyak perempuan. Di Khan Younis, 24 korban meninggal dunia, sebagian besar berasal dari satu keluarga. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan militernya akan segera menguasai wilayah Gaza secara penuh, meskipun blokade yang berlangsung selama 11 minggu menyebabkan krisis kemanusiaan yang kian parah.
Sementara bantuan kemanusiaan baru mulai masuk melalui perlintasan Kerem Shalom sejak Senin (19/5/2025), distribusinya terkendala oleh kerusakan infrastruktur dan kekurangan bahan bakar. Di Gaza, warga mengalami kelangkaan kebutuhan pokok, termasuk tepung dan air bersih, yang membuat kehidupan semakin sulit.
Tekanan internasional terhadap Israel pun semakin meningkat. Inggris menangguhkan pembicaraan perjanjian perdagangan bebas, sementara Uni Eropa meninjau ulang kesepakatan dagang yang mensyaratkan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Laporan Uni Eropa mengungkap bahwa hampir setengah dari korban tewas dalam serangan awal Israel di Gaza adalah anak-anak, dan menyoroti pelanggaran hukum internasional oleh kedua belah pihak.
Kritik terhadap kebijakan militer Israel juga datang dari dalam negeri. Anggota parlemen Ayman Odeh diusir dari Knesset setelah menuduh pemerintah membunuh ribuan anak Gaza, sementara tokoh oposisi dan mantan perdana menteri menyerukan agar Israel menghentikan serangan yang menargetkan warga sipil. Namun, Netanyahu tetap mempertahankan sikapnya dan menolak tudingan tersebut sebagai propaganda palsu yang sengaja disebarkan.