Hujan Deras Longsorkan Jalan Penghubung Desa di Madiun
Tanggal: 18 Nov 2017 09:13 wib.
Tampang.com – Musim penghujan datang, tanda bahaya harus dinyalakan. Banyak wilayah di Kabupaten Madiun yang kembali terancam dari kepungan bencana banjir dan longsor. Seperti yang terjadi pada jalan penghubung Desa Doho–Dolopo. Bahu jalan itu ambrol dan mengancam tanggul sungai di bawahnya. Fondasi jembatan juga ambrol lantaran tak kuat menahan longsoran tanah.
Katimin, salah seorang warga, mengatakan bahwa sebelum ambrol, hujan deras sempat mengguyur desanya. Lantaran ada retakan di tanah tersebut, akhirnya air hujan masuk ke dalam retakan. Hingga jalan itu ambrol dan menimpa fondasi jembatan penghubung dua desa tersebut. ‘’Sebenarnya retakan ini sudah lama, sejak enam tahun lalu,’’ ungkapnya.
Namun, retakan itu dibiarkan begitu saja karena lebarnya memang hanya sekitar dua sentimeter. Baik mobil maupun truk masih bebas melintasi jalan tersebut. Padahal sangat berbahaya jika terus-menerus dilintasi kendaraan bertonase tinggi. Jika tanahnya longsor, fondasi jembatan bakal ikut ambrol. ‘’Sudah pernah ditutup, tapi dibuka lagi,’’ terangnya.
Diakui Katimin, keberadaan jalan tersebut sangatlah vital. Apalagi usia jembatan sudah mancik kisaran dua puluh tahunan. Jalan tersebut menjadi akses utama kedua warga desa Doho–Dolopo. Terutama bagi siswa di MTs yang tak jauh dari jembatan. Lantaran sudah ambrol dan terpaksa ditutup, warga harus melewati jalan lain. Setidaknya warga harus putar balik sejauh 1,5 hingga 2 kilometer. ‘’Ya, jauh,’’ cetusnya.
Bhabinsa Desa Doho Serda Kemisryanto mengatakan, jalan tersebut untuk sementara waktu memang harus ditutup. Jika tidak ditutup, longsorannya bakal semakin melebar dan mengancam jembatan di dekatnya. Otomatis bakal menutup sungai di bawahnya. Longsoran yang saat ini terjadi pun dianggap sudah sangat membahayakan. ‘’Kami koordinasikan dengan pemdes setempat, untuk sementara (jalan, Red) ditutup,’’ tegasnya.
Penanganan awal yang dapat dilakukan yakni dengan membuat tanggul darurat. Dengan demikian, tanah di sekitar retakan tidak ikut tergerus jika diguyur hujan. Koordinasi juga bakal dilakukan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun untuk pembangunan tanggul permanen. ‘’Penanganan sementara untuk menjaga keamanan pengguna jalan,’’ terangnya.
Perbaikan Jadi Tanggungan Dua Desa
Seharusnya kerusakan infrastruktur menjadi tanggungan pemerintah desa (pemdes). Hanya, kekuatan anggaran pemdes dianggap tak mampu meng-handle seluruh volume kerusakan. Meskipun pemasangan tanggul darurat kini tetap ditangani musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) Dolopo dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun. ‘’(Tanggul) itu hanya sementara,’’ tegas Camat Dolopo Mashudi.
Sedangkan untuk penanganan permanen membutuhkan kajian terlebih dahulu. Sebab, selama ini belum pernah ada tanggul penghubung dua desa yang rusak. Sehingga membutuhkan penanganan dari dua desa sekaligus. Namun, apakah pembangunan yang melibatkan dua sumber dana itu diperbolehkan atau tidak. ‘’Jika pembangunan gapura perbatasan, bisa. Tapi untuk tanggul, kami belum tahu aturannya,’’ ungkapnya.
Mashudi pun segera menggelar rapat dengan kedua desa terdampak. Dari hasil musyawarah dari kedua desa tersebut, dapat ditentukan tindak lanjutnya. Sebab, tidak mungkin jika hanya satu desa yang memperbaiki. Dengan diterimanya dana desa (DD), diharapkan bisa dianggarkan untuk perbaikan tanggul yang ambrol. ‘’Karena kebutuhannya cukup besar untuk setingkat pemdes,’’ terangnya.
Penanganan secara permanen tanggul memang sangat mendesak. Jika dibiarkan bakal menggerus fondasi jembatan. Apalagi, curah hujan kini sedang tinggi-tingginya. Tak tertutup kemungkinan jalan bakal semakin tergerus. Keberadaannya juga vital karena menjadi akses utama warga di dua desa. ‘’Untuk digunakan bersimpangan, tidak bisa. Karena sangat mepet,’’ katanya.
Dipastikan, tanggul darurat dari sak berisi tanah dan pagar bambu hanya bertahan sementara. Padahal arus sungai di musim penghujan cenderung deras. Jika terus menerus meninggi, bakal mengganggu tanggul sementara yang dibangun. Akses warga juga bakal ikut terganggu. ‘’Kami perbaiki semampunya dulu, yang penting aman dilalui,’’ terangnya.
Kepala BPBD Kabupaten Madiun Edy Hariyanto mengatakan, retakan di jalan tersebut memang sudah lama terlihat. Lantaran terguyur air hujan, akhirnya tidak lagi mampu menahan air yang meresap ke tanah hingga akhirnya ambrol. Penanganan sementara yang dapat dilakukan sebatas membuatkan tanggul darurat. ‘’Untuk permanennya kami serahkan ke pemdes atau kecamatan,’’ jelasnya.
Agar tanggul bertahan lama, Edy menyarankan hanya boleh dilintasi kendaraan roda dua. Tidak untuk dilintasi roda empat dan truk. Selain karena faktor tonase, posisi jalan sangat mepet dengan batas titik longsoran. Sehingga sangat rawan jika ada dua kendaraan roda empat bersimpangan. ‘’Karena penanganan yang dapat kami berikan hanya sementara. Tapi, kami pastikan aman,’’ pungkasnya.