Sumber foto: google

Hizbullah Diam-diam Mempunyai Terowongan Rahasia Di Bawah Tanah di Lebanon

Tanggal: 23 Jun 2024 08:58 wib.
Kelompok milisi Hizbullah di Lebanon dilaporkan memiliki terowongan bawah tanah yang lebih luas daripada terowongan yang dimiliki oleh Hamas di Jalur Gaza. Menurut koresponden intelijen dan keamanan nasional majalah Foreign Policy, Amy Mackinnon, Iran, yang merupakan pendukung Hizbullah, diketahui memiliki rute pasokan darat dan udara melalui Irak dan Suriah yang menuju ke Lebanon.

Terowongan tersebut diduga digunakan untuk memasok senjata dan amunisi untuk Hizbullah, yang kemungkinan akan digunakan sebagai persiapan dalam kasus terjadi perang di wilayah tersebut. Mackinnon mengungkapkan, "Tidak seperti Gaza yang secara geografis terisolasi dari pendukungnya di Teheran, Iran telah menetapkan rute pasokan darat dan udara yang mengarah ke Lebanon melalui Irak dan Suriah yang bisa digunakan pasukan Hizbullah jika terjadi perang habis-habisan," seperti yang dilansir oleh Middle East Monitor (MEMO).

Pada bulan Januari, militer Israel (IDF) mengungkapkan adanya terowongan selama empat kilometer yang lebarnya mencapai kendaraan, yang membentang dari Jabaliya di utara kota Gaza hingga sekitar 400 meter dari perbatasan Erez. Dilansir oleh Times of Israel, proyek terowongan Hizbullah di Lebanon diduga dibangun sebelum pembangunan terowongan Hamas di Gaza.

Direktur lembaga riset Alma Research and Education Center, Tal Beeri, mengklaim bahwa pihaknya menemukan informasi tentang "Land of the Tunnels" di Lebanon selatan dari sumber intelijen terbuka. Peta tersebut menunjukkan 36 wilayah geografis, kota, dan desa, yang merupakan bagian dari rencana pertahanan Hizbullah terhadap invasi Israel ke Lebanon. Setiap titik diketahui memiliki jaringan terowongan bawah tanah yang terhubung dengan terowongan regional, seperti yang diungkapkan oleh Beeri dalam makalahnya yang diterbitkan pada tahun 2021.

Pada pekan lalu, Hizbullah meluncurkan serangkaian roket ke Israel sebagai balasan atas serangan yang menewaskan komandan senior mereka. Israel membalas serangan tersebut dengan meluncurkan ribuan serangan udara. Akibatnya, sekitar 140.000 orang mengungsi dari rumah mereka di kedua sisi perbatasan, menurut informasi dari Foreign Policy.

Menurut Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, Hizbullah bakal dihancurkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di tengah tekanan perang ini. Namun, Foreign Policy memperingatkan bahwa kehancuran tidak hanya akan dialami oleh Hizbullah tetapi juga oleh Israel. Foreign Policy menjelaskan bahwa Hizbullah dianggap sebagai aktor non-negara yang paling bersenjata berat di dunia, dan telah membangun persenjataan canggih dengan bantuan dari Iran, Suriah, dan Rusia.

Foreign Policy menggambarkan Hizbullah sebagai ancaman strategis bagi Israel, sementara Hamas dianggap sebagai ancaman taktis. Sejumlah jenderal top Israel diyakini telah menyetujui rencana perang dengan Hizbullah setelah lebih dari delapan bulan perbatasan kedua negara memanas. Sejumlah pejabat senior AS juga menilai bahwa perang antara Israel dan Hizbullah sangat mungkin pecah mengingat situasi yang memanas di perbatasan kedua negara. Selain itu, kegagalan kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel juga diketahui telah menambah ketegangan di antara keduanya.

Dengan adanya terowongan bawah tanah yang digunakan untuk memasok senjata dan amunisi, konflik antara Hizbullah dan Israel semakin memburuk, meningkatkan risiko terjadinya konfrontasi bersenjata di kawasan tersebut. Keberadaan terowongan tersebut menunjukkan adanya persiapan intensif dari kedua belah pihak dalam menghadapi potensi konflik yang dapat meletus di wilayah tersebut. Dalam situasi ini, pentingnya negosiasi damai dan diplomasi yang kuat menjadi semakin ditekankan, agar konflik bersenjata dapat dicegah dan kedamaian dapat terjaga di kawasan tersebut.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved